Pelopor.id | Salah satu orang terkaya di China, Xu Jiayin, kini berada di ambang kebangkrutan. Ia adalah direktur sekaligus pendiri Evergrande, perusahaan properti asal China yang memiliki utang sedikitnya USD 300 miliar, atau sekitar Rp 4.260 triliun. Dalam sejarah manusia, belum ada perusahaan di dunia yang memiliki utang sebesar itu.
Berdasarkan laporan tahunan perusahaan yang dirilis pada 2019, Evergrande tercatat sudah mengembangkan 876 proyek di lahan seluas 293 juta meter persegi, yang tersebar di seluruh provinsi di China. Namun, langkah Evergrande yang gencar berekspansi malah berakibat membengkaknya utang perusahaan.
Banyak pihak khawatir jika Evergrande gagal membayar bunga dan utangnya USD 300 miliar, maka ambruknya pengembang properti ini dapat memicu kekacauan keuangan global. Salah satunya adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang turut mewaspadai kasus gagal bayar Evergrande. Mengingat, China adalah salah satu mitra dagang dan tujuan ekspor Indonesia, bersama Amerika Serikat dan Jepang. Ia mengungkapkan hal itu dalam konferensi pers APBN Kita, pada Kamis (23/09/2021).
Baca juga: Profil Xi Jinping yang Sering Mencekal Perusahaan Teknologi China
Profil Xu Jiayin
Lantas seperti apa sosok pendiri Evergrande?
Xu Jiayin adalah salah satu orang yang terkaya di China. Bahkan, pada 2017, dia pernah menggeser Jack Ma dari posisi orang terkaya di China, dengan nilai kekayaan pada saat itu sebesar USD 43 miliar.
Xu Jiayin yang juga dikenal dengan nama Hui Ka Yan, lahir pada tahun 1958 di Provinsi Henan, China. Dikutip dari media pemerintah setempat, ayah Xu Jiayin adalah anggota Tentara Revolusioner dan ikut bertempur melawan Jepang, sedangkan ibunya meninggal saat ia masih kecil.
Sebelum menjadi konglomerat, Xu Jiayin pernah menjadi pekerja kasar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian pada awal 1970-an, ia berhasil diterima di Institut Besi dan Baja Wuhan, lembaga pendidikan yang sekarang bernama Universitas Sains dan Teknologi Wuhan. Sambil menempuh pendidikan, Xu Jiayin tetap menjadi pekerja kasar.
Baca juga: Profil Pengusaha Bambang Trihatmodjo yang Tetap Romantis dengan Mayangsari
Setelah lulus, ia bekerja di pabrik besi dan baja selama beberapa tahun, sebelum mendirikan Evergrande pada 1996. Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian China, Evergrande juga berkembang pesat. Pada 2018, Brand Finance bahkan menempatkan Evergrande sebagai perusahaan real estate dengan nilai terbesar di dunia.
Di luar sektor properti, Evergrande menjadi pembicaraan, ketika membeli klub sepak bola di Guangzhou senilai USD 15 juta pada 2010, dan empat tahun kemudian ia menjual sahamnya di klub tersebut ke perusahaan e-commerce, Alibaba, seharga USD 192 juta. []