Pelopor.id | Jakarta – Presiden Rusia Vladimir Putin bertaruh tanggapan Uni Eropa (UE) yang bersatu terhadap invasinya ke Ukraina akan pecah karena melonjaknya harga memukul dompet pemilih Eropa. Kepala kebijakan luar negeri Brussel memperingatkan hal itu pada Selasa (23/08/2022).
Dalam sebuah wawancara dengan AFP, perwakilan tinggi UE Josep Borrell mengatakan Putin melihat keletihan orang Eropa dan keengganan warganya untuk menanggung konsekuensi dukungan untuk Ukraina.
Minggu depan, Borrell akan menjadi tuan rumah pertemuan para menteri luar negeri dan pertahanan UE di Praha, berharap untuk menopang apa yang sejauh ini menjadi front diplomatik yang sangat bersatu melawan agresi Rusia.
Negara-negara anggota UE, yang sebagian besar juga sekutu NATO, telah menyetujui serangkaian paket sanksi yang menargetkan lingkaran dalam dan sektor ekonomi Putin, termasuk ekspor minyak utama.
Tapi sekarang, harga energi dan inflasi melonjak dan beberapa anggota, termasuk kekuatan ekonomi Jerman, menghadapi prospek resesi yang dalam.
Negara-negara Uni Eropa Timur yang berbatasan dengan Rusia dan memiliki kenangan buruk tentang dominasi Soviet, menginginkan tindakan yang lebih keras dan mendorong larangan visa bagi turis Rusia.
Ibu kota lain enggan mengambil tindakan lebih lanjut yang juga akan merugikan ekonomi mereka sendiri, karena khawatir dukungan pemilih untuk Ukraina mungkin tidak bertahan pada pemadaman listrik musim dingin dan tagihan gas yang besar.
Tugas Borrell adalah mempertahankan front persatuan, yang dirasakan Brussel sebagai kartu trufnya setelah upaya Rusia mencoba mengabaikan kekhawatiran UE dan memecah belah sekutu.
“Kita tidak boleh lupa bahwa Uni Eropa adalah asosiasi negara-negara yang memiliki pendekatan berbeda vis-a-vis Rusia,” katanya.
Mantan menteri luar negeri Spanyol berusia 75 tahun itu akan mengusulkan misi pelatihan militer UE untuk pasukan Ukraina, seperti yang didukung oleh Inggris dan Kanada.[]