Jakarta | Kebijakan penguncian atau lockdown terkait Covid-19 di Tiongkok telah berdampak buruk bagi seluruh aspek kehidupan, terutama bagi kelangsungan bisnis. Salah satu perusahaan yang terdampak adalah produsen mobil listrik Tesla Inc. Selain masalah lockdown, Tesla juga masih harus menghadapi hambatan rantai pasokan.
Pada periode April hingga Juni tahun ini, pengiriman Tesla menurun hampir 18% dibanding kuartal sebelumnya, menjadi 254.695 unit, mengakhiri rekor pengiriman kuartalan selama hampir dua tahun.
Menurut data Refinitiv yang dikutip dari Reuters, analis memprediksi Tesla akan melaporkan pengiriman 295.078 kendaraan untuk periode April hingga Juni. Sejumlah analis telah mengurangi proyeksi mereka lebih lanjut menjadi sekitar 250.000 akibat lockdown berkepanjangan di Negeri Tirai Bambu.
Kebangkitan kasus Covid di Tiongkok telah memaksa Tesla menangguhkan produksi di pabriknya di Shanghai untuk sementara waktu, dan juga memengaruhi fasilitas pemasok di negara itu.
Tiongkok telah berperan penting dalam peningkatan pesat produksi kendaraan Tesla, dengan pabrik Shanghai yang berbiaya rendah dan menguntungkan. Pabrik itu berhasil memproduksi sekitar setengah dari total mobil yang dikirimkan Tesla tahun lalu.
Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk mengatakan pada bulan April bahwa produksi kendaraan perusahaannya secara keseluruhan pada kuartal kedua diprediksi akan setara dengan kuartal pertama, yang salah satunya didorong oleh rebound Tiongkok.
Namun, melihat tantangan dari Tiongkok, Musk pun baru-baru ini mengatakan bahwa Tesla memiliki kuartal yang sangat sulit.
Tak hanya lockdown Tiongkok, Tesla juga terpukul oleh ketidakpastian makroekonomi dan usulan Musk mengakuisisi Twitter Inc senilai USD 44 miliar. Sepanjang tahun ini, saham Tesla tercatat sudah menurun hingga 35%.[]