Pelopor.id | Jakarta – Singapura sedang merombak aturan visa untuk menarik pekerja asing dan meringankan pasar tenaga kerja yang ketat yang berkontribusi terhadap tekanan upah dan harga.
Aturan baru akan memungkinkan orang asing berpenghasilan minimal SGD 30.000 (Rp 319,4 juta) per bulan untuk mendapatkan izin kerja lima tahun, dengan ketentuan untuk memungkinkan tanggungan mereka mencari pekerjaan, menurut Kementerian Tenaga Kerja.
Kandidat luar biasa di bidang olahraga, seni, sains, dan akademisi yang tidak memenuhi kriteria gaji juga memenuhi syarat untuk visa jangka panjang di bawah apa yang disebut kartu Overseas Networks and Expertise (ONE) yang akan berlaku 1 Januari.
“Baik bisnis dan talenta sedang mencari tempat yang aman dan stabil untuk berinvestasi, tinggal dan bekerja. Singapura adalah tempat seperti itu,” kata Menteri Tenaga Kerja Tan See Leng seperti dikutip dari Bloomberg.
Pengumuman tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian keputusan tahun ini yang dimaksudkan untuk mengatasi pasar tenaga kerja yang masih ketat, serta menarik bisnis internasional untuk mendorong ambisi negara-kota sebagai pusat keuangan global, setelah kemerosotan era pandemi di pekerja kerah putih dari luar negeri.
Efektif 1 September tahun depan, Singapura berencana membebaskan pekerjaan, sebanding dengan yang dipegang oleh 10% teratas pemegang Employment Pass (EP), dari kebutuhan untuk diiklankan secara lokal sebelum mempekerjakan orang asing di bawah sistem yang disebut Kerangka Pertimbangan Adil atau Fair Consideration Framework (FCF).
Durasi iklan FCF, jika berlaku, akan dikurangi setengahnya menjadi 14 hari, kata kementerian, seraya menambahkan bahwa waktu pemrosesan untuk semua aplikasi EP akan dipotong menjadi 10 hari kerja dari maksimum tiga minggu saat ini.
Perubahan aturan akan membantu Singapura lebih bersaing dengan pusat bisnis saingan seperti Hong Kong dan Uni Emirat Arab (UEA) dan mengejar Australia dan Inggris, yang memiliki visa bakat global serupa. Lebih dari 700 profesional keuangan pindah ke Singapura dari Hong Kong tahun lalu, menurut perusahaan rekrutmen Robert Walters.
UEA tahun ini mempermudah ekspatriat untuk bekerja tanpa disponsori oleh majikan, serta beralih ke akhir pekan Sabtu-Minggu untuk menyelaraskan negara dengan pasar global karena berupaya memenangkan lebih banyak bisnis, dengan Dubai memposisikan dirinya sebagai pusat kripto.[]