Pelopor.id | Jakarta – Inggris mengumumkan kenaikan besar-besaran hingga 80 persen dalam tagihan listrik dan gas, memperburuk krisis biaya hidup secara dramatis sebelum musim dingin.
Regulator Ofgem mengatakan batas harga energinya, yang menetapkan harga untuk konsumen yang tidak memiliki kesepakatan tetap dengan pemasok mereka, pada bulan Oktober akan meningkat menjadi rata-rata 3.549 poundsterling (USD 4.197) per tahun dari saat ini 1.971 poundsterling.
Hal itu salah satunya diperburuk oleh melonjaknya biaya gas grosir, setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Inggris sudah menderita tingkat inflasi tertinggi sejak 1982 dan diperkirakan akan memasuki resesi akhir tahun ini.
“Kami tahu dampak besar kenaikan batas harga ini pada rumah tangga di seluruh Inggris dan keputusan sulit yang harus dibuat konsumen sekarang,” kata pemimpin Ofgem Jonathan Brearley seperti dikutip dari AFP.
Biaya hidup yang merajalela di Inggris telah mendominasi perlombaan untuk menggantikan Perdana Menteri Konservatif Boris Johnson, dengan lawan politik menuduhnya memimpin pemerintahan zombie saat inflasi meningkat.
Baik kandidat terdepan Liz Truss dan pesaing kepemimpinan Rishi Sunak sedang bergulat dengan cara mengatasi krisis.
Konsumen rumah tangga dan bisnis, pemasok energi dan politisi oposisi menuntut pemerintah untuk berbuat lebih banyak.
University of York memprediksi 58 persen rumah tangga di Inggris berisiko mengalami kemiskinan bahan bakar pada tahun depan.
Krisis diprediksi memburuk mulai Januari mendatang, ketika tagihan rata-rata bisa mencapai 5,000 poundsterling menurut sejumlah proyeksi, lantaran Ofgem memperbarui batas setiap tiga bulan.
Pemimpin partai oposisi utama Partai Buruh, Keir Starmer, telah menyerukan pembekuan tagihan energi pada tingkat batas saat ini.
Perdana menteri yang akan keluar, Boris Johnson, telah bersumpah untuk menyerahkan keputusan fiskal besar kepada penggantinya, yang akan diumumkan pada 5 September.[]