Long Covid Merugikan Ekonomi Australia Hingga 3 Juta Hari Kerja

- Editor

Jumat, 26 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sydney Opera House Australia. (Foto:Pelopor.id/Pixabay/pattyjansen)

Sydney Opera House Australia. (Foto:Pelopor.id/Pixabay/pattyjansen)

Pelopor.id | Jakarta – Long Covid telah merugikan ekonomi Australia hingga tiga juta hari kerja tahun ini, secara signifikan memperburuk kekurangan tenaga kerja akut di negara itu, menurut analisis pemerintah yang dilihat oleh AFP pada Jumat (26/08/2022).

Laporan perbendaharaan menemukan bahwa efek yang tersisa dari virus corona telah membuat sekitar 31.000 orang Australia tidak bekerja setiap hari.

Bendahara Jim Chalmers mengatakan bahwa pasar tenaga kerja Australia telah benar-benar dihancurkan oleh Covid, dan Long Covid semakin meningkat.

“Ribuan hari kerja ekonomi yang hilang karena Long Covid hanyalah salah satu bagian dari gambaran yang kompleks, dan memberikan gambaran tentang apa yang kita semua hadapi,” katanya seperti dikutip dari AFP.

Analisis perbendaharaan mendefinisikan Long Covid sebagai seseorang yang mengalami gejala empat minggu atau lebih setelah terinfeksi.

Ini mencerminkan bagaimana Covid panjang dicirikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS) atau US Centers for Disease Control (CDC), yang mencantumkan berbagai macam gejala pernapasan, jantung, pencernaan, dan bahkan neurologis.

Ini termasuk kelelahan, jantung berdebar-debar, pusing, sakit perut dan kesulitan berkonsentrasi, yang dikenal sebagai “kabut otak”.

Sebuah studi komprehensif yang diterbitkan di Lancet bulan ini menemukan bahwa satu dari delapan orang yang terkena Covid mengembangkan setidaknya satu gejala Long Covid.

Temuan analisis perbendaharaan Australia sejalan dengan penelitian ini, dengan 12% ketidakhadiran terkait Covid dikaitkan dengan Long Covid.

Australia menghadapi kendala pasar tenaga kerja yang serius setelah perbatasannya ditutup untuk kedatangan internasional selama hampir dua tahun selama pandemi.

Negara ini mengalami kekurangan pasar tenaga kerja terburuk kedua dari negara maju mana pun, hanya di belakang Kanada, menurut OECD. []

Facebook Comments Box
Baca Juga :   Kasus Omicron Bertambah, Kemenkes Gencarkan Telemedicine

Berita Terkait

Temuan Potongan Tikus Picu Penarikan Roti Terkenal di Jepang
Alroji Saku John Jacob Astor Pecahkan Rekor Harga Artefak Titanic
Kecelakaan Kereta Mematikan di India Terkait Kegagalan Sistem Sinyal
Biden Optimis Bisa Sepakat dengan Republik untuk Menaikkan Batas Utang
Ford Pangkas 1.300 Pekerjaan di Inggris
Tesla Babak Belur di Wall Street
Pesan Natal, Paus Fransiskus Minta Perang Rusia-Ukraina Diakhiri
Rumah Mode Balenciaga Putus Hubungan dengan Kanye West

Berita Terkait

Minggu, 11 Mei 2025 - 23:12 WIB

AMIS, Generasi Baru Iwan Fals Rilis Single Local Wisdumb

Jumat, 9 Mei 2025 - 23:28 WIB

Daun Jatuh Hadirkan Versi Baru Lagu Dewi

Jumat, 9 Mei 2025 - 20:33 WIB

Pendaftaran Kompetisi Seni FINNA Art of the Year 2025 Resmi Dibuka

Kamis, 8 Mei 2025 - 20:10 WIB

Djakarta Warehouse Project 2025 Bakal Digelar di Bali

Kamis, 8 Mei 2025 - 19:18 WIB

Mahkamah Konstitusi Terima Perbaikan Permohonan Uji Materi UU Hak Cipta dari VISI

Kamis, 8 Mei 2025 - 18:06 WIB

Hadir Sebagai Solois, Jack Andie Rilis Single Jangan Menangis

Kamis, 8 Mei 2025 - 00:32 WIB

Unit Pop Alternatif, Lomba Sihir Rilis Album Kedua Berjudul Obrolan Jam 3 Pagi

Rabu, 7 Mei 2025 - 23:35 WIB

Solois Asal Surabaya, Ardhita Rilis Single Debut Bertajuk Stupidly

Berita Terbaru

Penyanyi solo, AMIS. (Foto: Istimewa)

Musik

AMIS, Generasi Baru Iwan Fals Rilis Single Local Wisdumb

Minggu, 11 Mei 2025 - 23:12 WIB

Grup duo folk, Daun Jatuh. (Foto: Istimewa)

Musik

Daun Jatuh Hadirkan Versi Baru Lagu Dewi

Jumat, 9 Mei 2025 - 23:28 WIB

Poster promosi Djakarta Warehouse Project 2025 (DWP25). (Foto: IStimewa)

Musik

Djakarta Warehouse Project 2025 Bakal Digelar di Bali

Kamis, 8 Mei 2025 - 20:10 WIB