Pelopor.id | Jakarta – Pemerintah Thailand didesak oleh lima produsen mi instan, yaitu Mama, Wai Wai, Yum Yum, Nissin dan Suesat, untuk mengizinkan mereka menaikkan harga dalam waktu sepekan.
Pasalnya, harga mi instan di seluruh Asia telah dipengaruhi oleh kenaikan biaya gandum, energi dan biaya transportasi, akibat perang Rusia-Ukraina, serta kekeringan dan banjir selama setahun terakhir.
Tak hanya Thailand, harga mi telah meningkat di tempat lain di Asia, termasuk di Jepang dan Korea Selatan. Sementara perkiraan menunjukkan bahwa biaya gandum bisa naik 30% tahun ini di Tiongkok.
Dalam surat bersama yang disampaikan kepada pemerintah Thailand pekan ini, perusahaan meminta harga naik dari 6 baht menjadi 8 baht. Ini akan menjadi kenaikan pertama harga eceran mi instan sejak 2008 atau 14 tahun terakhir.
Pemerintah pun menyatakan tengah mempertimbangkan permintaan para produsen mi instan itu, meski menteri perdagangan Jurin Laksanawisit mengatakan kepada media Thailand bahwa kenaikan menjadi 8 baht terlalu tinggi dan diyakini akan membebani konsumen.
Mengutip The Guardian, pemerintah Thailand telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi tekanan pada konsumen, salah satunya dengan mengendalikan harga pada sejumlah barang penting tertentu, seperti telur, minyak goreng, mi dan bahan bangunan.
Untuk diketahui, tingkat inflasi di Thailand pada bulan Juli mencapai 7,61%.[]