Pelopor.id | Jakarta – Perusahaan analisis blockchain Chainalysis menyebutkan, para investor Bitcoin telah merugi sekitar USD 1,9 miliar atau lebih dari 60% sejak Januari hingga Juli 2022. Lonjakan itu salah satunya dipicu oleh maraknya aksi peretasan cryptocurrency.
Sementara pada periode yang sama tahun lalu, jumlah dana yang dicuri dari peretasan mencapai sekitar USD 1,2 miliar.
Chainalysis melihat bahwa pembengkakan kerugian ini terjadi setelah para peretas ramai melakukan pembobolan pada sejumlah protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi). Chainalysis pun memperkirakan tren kerugian ini akan terus bertambah.
“Protokol DeFi secara unik rentan terhadap peretasan, kode yang mudah diakses membuat penjahat dunia maya dengan mudah melakukan eksploitasi,” kata Chainalysis seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Chainalysis, kelompok yang berafiliasi dengan Korea Utara adalah dalang utama dibalik aksi pembobolan cryptocurrency selama beberapa bulan terakhir, terutama unit peretas elit seperti Lazarus Group.
Tidak diketahui jelas berapa jumlah aset kripto yang berhasil dicuri para peretas, namun berdasarkan data Reuters, Lazarus Group telah mencuri aset kripto lebih dari USD 1 miliar dari protokol DeFi selama dua kuartal di tahun ini.
Selain peretasan, aksi penipuan yang menawarkan koin atau token kripto palsu pada para investor juga menjadi pemicu melonjaknya kerugian investor pada kepemilikan aset digital.
Setidaknya ada 244 investor kripto yang terjerat kasus penipuan dalam setahun terakhir hingga mereka merugi USD 42,7 juta.[]