Pelopor.id | Jakarta – Maskapai penerbangan asal Thailand, Thai Airways International Plc, akan menerima dukungan keuangan utama dari pemerintah untuk peningkatan modal 80 miliar baht atau sekitar Rp 33,6 triliun, yang bertujuan membantu maskapai yang dikendalikan negara itu keluar dari kebangkrutan akibat pandemi.
Menteri Keuangan Thailand Arkhom Termpittayapaisith mengatakan, bank-bank milik negara akan memimpin dalam mendanai pinjaman baru, mengubah utang ke ekuitas dan menyuntikkan modal ekuitas ke Thai Airways sebagai bagian dari rencana perubahan yang direvisi yang diberikan maskapai kepada pengadilan untuk disetujui bulan lalu.
Kementerian dan lembaga lainnya akan terus mempertahankan saham gabungan setidaknya 40%, namun proporsinya tidak akan melebihi 50% untuk mendorong operator tetap kompetitif. Thai Airways berharap bisa keluar dari rencana restrukturisasi utang yang dipantau pengadilan pada tahun 2024.
Maskapai ini mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2020, setelah membukukan kerugian setiap tahun dari tahun 2013. Namun, rebound dalam perjalanan udara global telah meningkatkan arus kasnya dan mengurangi jumlah pinjaman yang ditentukan dalam rencana awal pengadilan.
“Situasi di Thai Airways jauh lebih baik, dan itu telah meningkatkan kepercayaan kreditur dan pemegang saham dalam kelangsungan hidup dan masa depannya,” kata Arkhom seperti dikutip dari Bloomberg.
Bank-bank milik negara akan dapat menawarkan seluruh 13 miliar baht dalam pinjaman baru yang kini dicari maskapai, yaitu sekitar setengah dari 25 miliar baht yang diminta sebelumnya.
Dia mengatakan bahwa jumlah yang direvisi dapat sepenuhnya didanai oleh bank-bank pemerintah. Pembukaan kembali perbatasan Thailand dan negara lain juga akan mendukung arus kas. Penerbangan Thai Airways yang paling menguntungkan adalah penerbangan dengan koneksi di Eropa.[]