Pelopor.id | Jakarta – Tiongkok membukukan nilai ekspor dalam dolar Amerika pada Juli 2022 meningkat 18% secara year-on-year (yoy), angka itu melampaui proyeksi ekonom yang sebelumnya meramalkan pertumbuhan 14,1%. Dengan demikian, neraca perdagangan Tiongkok tumbuh menjadi USD 101 miliar.
Analisis Goldman Sachs Group menyebutkan, peningkatan ekspor itu terutama didukung oleh pengiriman mobil, produk baja, dan produk terkait tekstil.
“Kesehatan ekonomi Tiongkok pada paruh kedua tahun ini sangat bergantung pada kemampuan permintaan domestik mengambil alih kendali dari permintaan eksternal yang melambat,” kata Kepala Ekonom Tiongkok di Macquarie Group Ltd Larry Hu seperti dikutip dari Bloomberg.
Hu memprediksi surplus perdagangan Tiongkok pada Juli yang mencapai level tertinggi sejak 1987 itu, bisa menyempit dalam beberapa bulan mendatang di tengah makin melambatnya ekonomi global.
Hu juga menilai, ketahanan dalam ekspor dapat menjadi hasil dari strategi Zero Covid Tiongkok, yang menguntungkan produksi dengan mengorbankan konsumsi dan menambahkan bahwa yuan yang lebih lemah tahun ini dan efek harga dapat membantu menjelaskan data ekspor.
Dia menunjukkan bahwa inflasi harga ekspor Tiongkok sebagian besar sejalan dengan inflasi IHK Amerika Serikat.
Sementara Ekonom Bloomberg Eric Zhu melihat bahwa kuatnya pertumbuhan ekspor Tiongkok di bulan Juli tidak akan bertahan lama, lantaran eksportir mengejar bisnis yang tertunda akibat lockdown.
“Dengan memudarnya pengiriman yang terpendam, ekspor akan melambat selama sisa tahun ini, mengikis bantalan utama untuk pertumbuhan dan membuat ekonomi lebih rentan terhadap tekanan dari gejolak properti dan belenggu Covid-19,” ujarnya.[]