Pelopor.id | Jakarta – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkonfirmasi bahwa negaranya akan membayar impor gas alam Rusia dalam mata uang rubel. Awalnya, pengumuman itu dibuat oleh Rusia setelah lebih dari empat jam pembicaraan antara Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi, Rusia.
Amerika Serikat (AS) memimpin upaya internasional untuk menjatuhkan sanksi ekonomi pada Rusia sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Namun, anggota NATO Turki mencoba tetap netral dalam konflik tersebut, mengingat ketergantungannya yang besar pada energi Rusia.
Untuk diketahui, Rusia menyumbang sekitar seperempat dari impor minyak Turki dan 45 persen dari pembelian gas alamnya tahun lalu.
“Karena kami akan melakukan perdagangan rubel ini, tentu saja akan membawa uang ke Turki dan Rusia,” kata Erdogan seperti dikutip dari Arab News.
Tidak membayar gas dalam dolar telah membantu Turki melindungi cadangan mata uang kerasnya yang semakin menipis. Sepanjang tahun lalu, pemerintah Turki dilaporkan telah menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk mencoba menopang lira dari penurunan tajam selama krisis ekonomi terbarunya.
Sebelumnya, AS dan Uni Eropa berusaha menekan klien energi Rusia agar tidak beralih ke pembayaran rubel untuk membatasi kekuatan ekonomi Rusia dalam berperang dengan Ukraina.
Turki telah menolak untuk bergabung dengan rezim sanksi terhadap Rusia dan malah mendorong pembicaraan gencatan senjata antara Moskow dan Kyiv. Dalam pertemuan di Sochi, Erdogan dan Putin berjanji untuk memperluas kerja sama ekonomi di berbagai sektor, termasuk perbankan dan industri.[]