Pelopor.id | Jakarta – Kesepakatan yang memungkinkan ekspor gandum antara Rusia dan Ukraina telah mendorong harga global lebih rendah, namun bukan berarti diterjemahkan sebagai ekspor besar yang segera dimulai.
Harga gandum turun pada Jumat, karena kesepakatan itu meningkatkan harapan bahwa dimulainya kembali ekspor gandum Ukraina akan meredakan krisis pasokan pangan global yang sedang berkembang. Gandum berjangka yang diperdagangkan di Chicago turun lebih dari 4% pada level USD 7,72 per gantang.
Sempat melonjak ke rekor tertinggi USD 12,94 per gantang setelah invasi Rusia, harga telah jatuh kembali ke tingkat sebelum invasi dalam beberapa pekan terakhir, akibat kekhawatiran tentang ekonomi global telah tumbuh dan kesepakatan tampaknya semakin mungkin terjadi. Faktor-faktor lain telah melunakkan harga, termasuk prospek panen melimpah di produsen besar lainnya, seperti Rusia.
Kesepakatan itu menjanjikan untuk membebaskan pelabuhan di dalam dan sekitar Odessa dan Mykolaiv, yang masih dipegang oleh Kyiv dan merupakan saluran utama Ukraina untuk ekspor biji-bijian.
Sementara, kata para pejabat, Rusia telah menargetkan infrastruktur ekspor Ukraina, membom gudang pelabuhan dan silo, daerah Odessa tidak mengalami kerusakan yang sama.
Mengutip Wall Street Journal, analis biji-bijian memprediksi, bahkan dengan kesepakatan hari Jumat, diperlukan waktu berminggu-minggu bagi pelabuhan Ukraina untuk dibersihkan untuk navigasi yang aman dan agar pengiriman biji-bijian mulai mengalir lagi.
Kemudian, Rusia dan Ukraina harus tetap berkomitmen pada kesepakatan itu, bukan kesimpulan sebelumnya di tengah keanehan perang darat dan perang ekonomi paralel yang dilancarkan antara Moskow dan Barat.
“Mencapai kesepakatan adalah langkah pertama yang positif, tetapi masih banyak rintangan yang harus diatasi sebelum jalur perdagangan Ukraina dapat dibuka kembali,” kata kepala eksekutif Golden Ocean Group Ltd. Ulrik Uhrenfeldt Andersen, pengirim yang menangani biji-bijian, seperti dikutip dari The Wall Street Journal.
Rute alternatif melalui negara tetangga, seperti Rumania dan Polandia, memiliki kapasitas yang jauh lebih rendah dibanding pelabuhan di sepanjang Laut Hitam.
Saat ini, produk pertanian Ukraina dikirim dengan kereta api dan truk ke luar negeri melintasi perbatasannya dengan Uni Eropa, dan melalui tongkang menyusuri sungai Danube ke pelabuhan Constanta di Rumania. Kapasitas di sepanjang jalan ini berkisar sepertiga dari ekspor sebelum perang.
Hambatan terbesar adalah Ukraina memiliki rel berukuran berbeda untuk sistem relnya, yang mengharuskan mobil diangkat dari rel Ukraina ke rel standar UE, atau truk untuk membongkar biji-bijian dan membawanya ke depan. Hal ini telah menciptakan kemacetan.[]












