Pelopor.id | Jakarta – Produsen baterai, terutama baterai kendaraan listrik (electric vehicle), kini makin fokus pada baterai masa depan yang lebih kecil, tahan lama dan lebih murah, yang juga mengisi daya lebih cepat. Dalam upaya itu, perusahaan rintisan baterai bereksperimen dengan sejumlah bahan, seperti silikon-karbon, tungsten dan niobium.
“Pengadopsi awal di pasar kelas atas menginginkan kemasan baterai yang lebih besar dan jangkauan yang lebih panjang karena mereka mampu membelinya,” kata CEO Nyobolt Limited Sai Shivareddy, perusahaan rintisan yang mengembangkan bahan anoda niobium oksida untuk baterai.
Niobium adalah logam stabil yang sering digunakan untuk memperkuat baja, deposit terbesar di dunia ada di Brasil dan Kanada. Niobium dapat menangani pengisian daya super cepat sambil bertahan bertahun-tahun lebih lama daripada baterai saat ini.
“Untuk adopsi arus utama yang lebih sensitif terhadap biaya, Anda memerlukan paket baterai yang lebih kecil, tetapi dengan pengalaman yang sama seperti saat ini (dengan mobil berbahan bakar fosil) di mana Anda dapat mengisi baterai dalam lima menit,” lanjutnya seperti dikutip dari Reuters.
Perusahaan rintisan Barat seperti Nyobolt, dan Echion Technologies Ltd yang berbasis di Cambridge, atau Group14 Technologies yang berbasis di Washington, sedang mengerjakan bahan elektroda untuk membawa baterai pengisian daya super cepat ke pasar.
Berdasarkan platform data start-up PitchBook, investasi teknologi baterai EV pada 2021 melonjak lebih dari enam kali lipat dibanding tahun sebelumnya, menjadi USD 9,4 miliar, lantaran produsen mobil berfokus pada masa depan.
“Kami berada dalam tahap awal pengembangan baterai,” kata wakil presiden di perusahaan analisis data Pulse Labs, Lincoln Merrihew.
Menjadi kecil juga dapat mengurangi kemacetan bahan baterai yang menjulang karena permintaan EV melonjak, sambil menggunakan lebih sedikit kobalt dan nikel di mana Tiongkok mendominasi penyulingan dan pemrosesan.
Nyobolt berfokus pada EV balap berperforma tinggi dan Shivareddy mengatakan perlu bertahun-tahun validasi sebelum produsen mobil siap menggunakan baterainya dalam model pasar massal.[]