Jakarta | Produsen pesawat asal Eropa, Airbus, berhasil menjual hampir 300 pesawat senilai lebih dari USD 37 miliar kepada empat maskapai Tiongkok.
Tiongkok adalah pasar utama bagi Airbus dan saingannya Boeing, produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS). Keduanya telah bekerja untuk meningkatkan kehadiran mereka di negara itu, terutama saat meningkatnya ketegangan politik antara Washington dan Beijing.
Menurut pengajuan perusahaan terpisah yang dilansir Bloomberg, China Eastern Airlines akan membeli 100 jet berbadan sempit A320neo, sementara Air China akan membeli 64 jet, dengan anak perusahaan Shenzhen Airlines mengakuisisi 32 lagi. Sebelumnya, China Southern Airlines mengatakan akan membeli 96 A320neo, serta menyewa pesawat tambahan.
Sementara perjalanan di negara itu tetap tenang di tengah pembatasan terkait Covid, pesanan jet harus dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, mengingat kapasitas pabrikan yang terbatas.
Pengumuman ini mewakili pesanan pesawat jet besar pertama oleh maskapai Tiongkok dalam waktu sekitar tiga tahun.
Boeing secara historis menghitung China Southern sebagai pelanggan terbesarnya di negara ini. Namun pada bulan Mei, maskapai tersebut menghapus lebih dari 100 jet 737 Max perusahaan AS dari rencana armada jangka pendeknya, dengan alasan ketidakpastian atas pengiriman.
Tak satu pun dari operator milik negara China lainnya yang mengatakan apakah mereka dapat melanjutkan penggunaan Max setelah secara resmi kembali beroperasi. Tiongkok adalah yang pertama mengandangkan pesawat itu setelah kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia.
Sejak larangan Max, Airbus telah melampaui Boeing dalam meraih pesanan dan pangsa pasar untuk jet berbadan sempit, bahkan ketika produsen pesawat Eropa itu berjuang dengan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang melonjak.[]