The Fed Harus Terima Risiko Resesi Lebih Tinggi untuk Memerangi Inflasi

- Editor

Jumat, 1 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi logo Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed). (Foto:Pelopor.id/Shutterstock)

Ilustrasi logo Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed). (Foto:Pelopor.id/Shutterstock)

Jakarta | Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengaku lebih khawatir tentang risiko gagal mengatasi inflasi yang tinggi, daripada kemungkinan menaikkan suku bunga terlalu tinggi dan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

“Apakah ada risiko kita akan melangkah terlalu jauh? Tentu ada risikonya. Kesalahan yang lebih besar yang harus dibuat, katakan saja seperti itu, adalah gagal memulihkan stabilitas harga,” kata Powell, seperti dikutip dari The Wall Street Journal.

Para ekonom percaya ekspektasi inflasi di masa depan dapat terpenuhi dengan sendirinya, yang berarti The Fed dapat diminta untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi daripada jika ekspektasi tersebut naik.

Powell mengatakan, bank sentral harus menaikkan suku bunga dengan cepat, bahkan jika itu meningkatkan risiko resesi, untuk menghindari bahaya yang lebih buruk bagi perekonomian.

Menurutnya, The Fed tidak memiliki kemewahan untuk menaikkan suku bunga secara bertahap karena kekhawatiran bahwa periode inflasi tinggi baru-baru ini dapat menyebabkan konsumen dan penentu harga mengharapkan kenaikan harga untuk bertahan.

“Tugas kami secara harfiah adalah mencegah hal itu terjadi, dan kami akan mencegah hal itu terjadi,” ujarnya.

Bank-bank sentral di seluruh dunia sedang terburu-buru untuk menaikkan suku bunga di tengah melonjaknya tekanan harga. Kenaikan biaya bahan bakar dan gangguan rantai pasokan dari perang Rusia-Ukraina telah mendorong kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir.

Sejak Maret, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan federal-funds tiga kali dari mendekati nol ke kisaran antara 1,5% dan 1,75%, termasuk kenaikan 0,75 poin persentase bulan ini, terbesar dalam 28 tahun.

Powell telah memberi isyarat bahwa peningkatan lain sebesar itu kemungkinan akan terjadi pada pertemuan Fed berikutnya, 26-27 Juli.[]

Facebook Comments Box
Baca Juga :   Google Hentikan YouTube Originals yang Dibentuknya Sejak 2016

Berita Terkait

Temuan Potongan Tikus Picu Penarikan Roti Terkenal di Jepang
Alroji Saku John Jacob Astor Pecahkan Rekor Harga Artefak Titanic
Kecelakaan Kereta Mematikan di India Terkait Kegagalan Sistem Sinyal
Biden Optimis Bisa Sepakat dengan Republik untuk Menaikkan Batas Utang
Ford Pangkas 1.300 Pekerjaan di Inggris
Tesla Babak Belur di Wall Street
Pesan Natal, Paus Fransiskus Minta Perang Rusia-Ukraina Diakhiri
Rumah Mode Balenciaga Putus Hubungan dengan Kanye West

Berita Terkait

Minggu, 27 April 2025 - 18:37 WIB

Ambang Rindu Jadi Single Baru The Lantis Jelang Album Ke-6

Minggu, 27 April 2025 - 17:41 WIB

Java Jazz Festival 2025 Masukan Deretan Musisi Kece di Line Up Terbaru

Minggu, 27 April 2025 - 15:47 WIB

Dikubur Sejak Tahun 2000, Single Evolusi Milik Fransiscus Eko Resmi Dirilis

Minggu, 27 April 2025 - 13:26 WIB

Kolaborasi Bareng Didit Saad dan Nuwi Fourtwnty, Alfie Alfandy Lepas Album Aku Manusia

Minggu, 20 April 2025 - 21:43 WIB

Penyanyi Solo, Ello Rilis Single Setunggal

Minggu, 20 April 2025 - 21:19 WIB

Proyek Musik Solo, gabsav Lepas Single Perdana where’s ur head

Minggu, 20 April 2025 - 20:47 WIB

Ardhito Pramono Bakal Jadi Bintang Tamu Spesial di Konser Boyce Avenue

Sabtu, 19 April 2025 - 22:40 WIB

Gitaris Seringai, Ricky Siahaan Meninggal Dunia dalam Usia 48 Tahun

Berita Terbaru

Grup band retro, The Lantis. (Foto: Istimewa)

Musik

Ambang Rindu Jadi Single Baru The Lantis Jelang Album Ke-6

Minggu, 27 Apr 2025 - 18:37 WIB