Jakarta | Raksasa minuman Jepang Kirin menyatakan telah menyetujui pembelian sahamnya di perusahaan patungan Myanmar dengan konglomerat terkait junta, mengakhiri keluarnya dari pasar selama kudeta 2021.
Beberapa hari setelah kudeta pada Februari 2021, Kirin mengumumkan akan mengakhiri usaha patungannya Myanmar Brewery dengan MEHPCL yang terkait dengan junta, dengan mengatakan sangat prihatin dengan tindakan militer baru-baru ini di Myanmar.
Kirin mengatakan bahwa kesepakatan pembelian kembali saham senilai sekitar USD 164 juta telah dicapai untuk mentransfer 51 persen sahamnya kembali ke anak perusahaan, mengakhiri usaha patungan.
“Kami lega untuk menyelesaikan masalah ini dalam tenggat waktu yang diumumkan dengan cara yang paling tepat di antara beberapa opsi,” kata presiden dan CEO Kirin Yoshinori Isozaki dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP.
Menurut angka yang diterbitkan oleh Kirin pada 2018, Myanmar Brewery, yang minumannya termasuk merek Bir Myanmar, memiliki pangsa pasar hampir 80%.
Namun, Kirin telah berada di bawah tekanan atas hubungannya dengan militer, bahkan sebelum kudeta, dan meluncurkan penyelidikan setelah kelompok hak asasi menyerukan transparansi apakah uang dari usaha patungannya telah mendanai pelanggaran hak.
Investor masuk ke Myanmar setelah militer melonggarkan cengkeramannya pada 2011, membuka jalan bagi reformasi demokrasi dan liberalisasi ekonomi. Mereka menggelontorkan uang ke sejumlah proyek telekomunikasi, infrastruktur, manufaktur dan konstruksi, sebelum kudeta merusak demokrasi dan ekonomi.
Namun, sejumlah perusahaan asing telah keluar dari pasar sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi, termasuk raksasa minyak TotalEnergies dan Chevron serta operator telekomunikasi Norwegia Telenor.[]