Jakarta – Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril menjelaskan hasil diagnosa terhadap sembilan pasien di Indonesia yang dicurigai tertular cacar monyet (Monkeypox). Setelah dilakukan pengecekan, mereka tidak terbukti terinfeksi cacar monyet melainkan mengidap penyakit lainnya.
“Rincian hasil pemeriksaan dari kasus yang dicurigai, sebanyak tujuh kasus terdiagnosa negatif PCR orthopoxviridae, satu kasus menderita pemfigoid bulosa, dan satu kasus varicella,” tutur M Syahril, dalam siaran persnya dikutip Sabtu, (25/06/2022).
Orthopoxviridae merupakan virus penyebab penyakit Monkeypox, sedangkan pemfigoid bulosa adalah kejadian munculnya lepuhan berisi cairan di kulit yang terasa gatal, serta varicella merupakan cacar air.
Mohammad Syahril juga mengungkapkan, sejumlah provinsi yang melaporkan perkembangan Monkeypox di Indonesia antara lain, Kalimantan Barat satu kasus, Jawa Tengah satu kasus, Jawa Barat tiga kasus, dan DKI Jakarta empat kasus.
“Sampai hari ini, beberapa wilayah telah melaporkan kasus yang dicurigai. Namun berdasarkan hasil penyelidikan lebih lanjut belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek maupun probable,” tegasnya.

Penyakit cacar monyet, umumnya terjadi akibat kontak dengan hewan yang terinfeksi, tetapi transmisi dari manusia ke manusia juga bisa terjadi via darah, cairan tubuh, lesi kulit atau mukosa.
Ciri-ciri khusus yang membedakan cacar air dan cacar monyet adalah pada pasien cacar monyet terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher 1 sampai 3 hari setelah infeksi. Sedangkan gejala virus cacar monyet yang sangat infeksius biasanya akan muncul ruam-ruam yang dimulai dari muka, kemudian menyebar ke badan dan tangan. []