Pelopor.id | Jakarta – Seorang pria berusia 41 tahun di Brasil meninggal akibat virus cacar monyet (monkeypox). Ini, menjadi kematian pertama akibat virus tersebut di luar Afrika. Tak lama setelah itu Spanyol menyusul dengan mengumumkan dua kematian yang pertama di Eropa.
Kementerian kesehatan Brasil, kemarin mengatakan bahwa korban yang meninggal itu menderita limfoma dan sistem kekebalan yang melemah, serta penyakit penyerta yang memperburuk kondisinya.
Sejauh ini, Brasil melaporkan 1.066 kasus yang dikonfirmasi dan 513 kasus dugaan virus cacar monyet. Sementara data dari kementerian kesehatan Brasil menunjukkan bahwa lebih dari 98% kasus yang dikonfirmasi terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Tak lama kemudian, kementerian kesehatan Spanyol mengkonfirmasi kematian pertama di Eropa akibat virus tersebut yakni seorang pasien yang menderita ensefalitis. Lalu menyusul Kematian kedua terkait dengan cacar monyet dikonfirmasi oleh otoritas Spanyol pada hari Sabtu (30/07/2022).
Kementerian kesehatan Spanyol mengungkapkan, dari 3.750 pasien cacar monyet, sebanyak 120 orang atau 3,2% telah dirawat di rumah sakit. Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) menyebut terdapat 21.148 kasus ini di seluruh dunia.
Virus cacar monyet merupakan anggota dari keluarga virus yang sama dengan cacar, meskipun jauh lebih ringan dan para ahli mengatakan kemungkinan infeksinya rendah. Ini terjadi pada sebagian besar negara-negara Afrika tengah dan barat yang daerahnya dekat dengan hutan hujan tropis.
Pejabat kesehatan pun merekomendasikan agar orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus, termasuk beberapa pria gay dan biseksual, serta beberapa petugas kesehatan – harus ditawari vaksin.
Sebelumnya, pada pekan lalu, direktur jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan global dan akan membantu mempercepat pengembangan vaksin dan penerapan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran virus.
Dr Tedros mengatakan risiko cacar monyet secara global sedang, tetapi tinggi di Eropa. Namun, ini adalah wabah yang bisa dihentikan dengan strategi yang tepat di kelompok yang tepat.
WHO sendiri mengeluarkan rekomendasi, yang diharapkan akan memacu negara-negara untuk mengambil tindakan untuk menghentikan penularan virus dan melindungi mereka yang paling berisiko. []
sumber BBC