Jakarta | Rusia menambah dana darurat hingga USD 9,5 miliar atau setara Rp 138,35 triliun untuk melindungi perekonomian nasional dan mengantisipasi dampak sanksi barat.
“Dana tersebut akan digunakan sebagian untuk melaksanakan langkah-langkah stimulus yang bertujuan untuk memastikan stabilitas pembangunan ekonomi di tengah kendala eksternal,” kata pemerintah Rusia dikutip dari Reuters.
Rusia memperoleh dana tambahan itu dari keuntungan yang dihasilkan dari ekspor minyak dan gas. Disebutkan bahwa bisnis tersebut menghasilkan ratusan juta dolar per hari dan mengalir ke anggaran negara, meski di tengah berlakunya sanksi Barat.
Seperti diketahui, sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, negara-negara Barat pun memberlakukan paket sanksi yang sangat berat terhadap Rusia. Salah satunya adalah membekukan sekitar setengah atau USD 300 miliar cadangan emas dan mata uang asing bank sentral.
Sebelumnya, Rusia mengarahkan keuntungan minyak dan gas ke dalam kekayaan negara senilai USD 198 miliar. Ini merupakan peti perang yang dimaksudkan untuk mendanai proyek-proyek investasi besar.
Dana darurat itu berbentuk uang kas sehingga dinilai lebih fleksibel dan memungkinkan pemerintah menutup defisit negara.
Rusia siap menghadapi resesi terbesar lebih dari dua dekade karena menghadapi disintegrasi secara penuh sejak 30 tahun masa investasi yang dapat menghapus keuntungan ekonomi selama 15 tahun.[]