Jakarta | Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan melewati ambang satu juta kematian akibat Covid-19, tonggak sejarah suram yang datang ketika kota-kota seperti New York mencoba membalikkan halaman pada pandemi, meskipun ada ancaman gelombang lain.
Rebound New York telah dibantu oleh angka vaksinasi yang tinggi, yaitu sekitar 88% orang dewasa telah divaksinasi penuh, tingkat yang didorong oleh mandat, termasuk untuk kegiatan di dalam ruangan seperti makan.
Namun, perjalanan kota yang sempat menjadi pusat virus itu masih panjang. Banyak toko tetap kosong dan hanya 38% pekerja kantor Manhattan berada di kantor pada hari kerja rata-rata, menurut Kastle Systems, sebuah perusahaan keamanan yang melacak tingkat hunian gedung.
Dewan pariwisata Big Apple juga tidak mengharapkan jumlah pengunjung kembali ke 67 juta orang 2019 selama beberapa tahun, dan pemilik bisnis takut akan gelombang infeksi lain.
Dalam beberapa pekan terakhir, AS telah melihat peningkatan dalam jumlah kasus virus harian, sebagian besar karena subvarian Omicron baru. Kenaikan ini bertepatan dengan pencabutan mandat masker.
“Saya pikir kita berada di tempat di mana secara psikologis dan sosial dan ekonomi, sebagian besar orang sudah selesai dengan pandemi ini,” kata pakar penyakit menular di Universitas New York Celine Gounder seperti dikutip dari AFP.
“(Tapi) pandemi belum berakhir. Jadi, Anda memiliki keterputusan antara apa yang terjadi secara epidemiologis dan apa yang terjadi dalam hal bagaimana orang merespons,” lanjutnya.
Gounder mengatakan, di antara yang paling berisiko adalah populasi berpenghasilan rendah yang tidak divaksinasi, orang yang tidak diasuransikan dan komunitas kulit berwarna.
AS mencatat kematian virus Corona pertamanya di West Coast pada awal Februari 2020. Pada bulan berikutnya, virus itu melanda New York dan Gedung Putih memperkirakan hingga 240.000 kematian secara nasional. Namun proyeksi itu jauh sekali dari kenyataan.[]