Pelopor.id | Jakarta – Yenny Wahid telah resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia. Ia menyampaikan hal itu lewat unggahan video di akun Twitternya @yennywahid, Jumat (13/08/2021).
Yenny juga menuliskan keterangan video seperti ini, “Akibat pandemi, maskapai kebanggaan kita, Garuda Indonesia, mengalami penurunan pendapatan drastis. Untuk penghematan biaya, saya memutuskan mengundurkan diri dari posisi komisaris independen. Semoga hal ini bisa membantu meringankan Garuda”.
Yenny Wahid menjabat Komisaris Independen Garuda Indonesia sejak 22 Januari 2020. Sebelumnya, Yenny sempat menjadi kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), bahkan menjabat sebagai sekretaris jenderal partai tersebut.
Baca juga: Profil Farhat Abbas, Pengacara & Pendiri Partai Pandai
Profil Yenny Wahid
Yenny Wahid lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 29 Oktober 1974, dengan nama asli Zannuba Arifah Chafsoh. Ia adalah putri ketiga dari Presiden ke-3 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dan Sinta Nuriyah.
Yenny lulus dari SMA Negeri 28 Jakarta pada 1992, kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia dengan jurusan psikologi. Namun, bidang tersebut tidak ditempuh hingga selesai. Atas saran Gus Dur, Yenny melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti mengambil jurusan desain dan komunikasi visual. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat, mengambil studi administrasi publik.
Setelah itu, Yenny menggeluti dunia jurnalistik dengan menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne). Selama 1997-1999, ia sempat ditugaskan meliput di Timor Timur dan Aceh. Walaupun saat itu banyak wartawan memilih angkat kaki dari Timor Timur, tapi Yenny tetap bertahan.
Baca juga: Profil Che Guevara, Tokoh Revolusi sekaligus Simbol Pemberontakan
Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi. Namun, seminggu kemudian Yenny kembali ke Timor Timur dan ia pun berhasil mendapat anugerah Walkley Award, berkat liputannya mengenai Timor Timur pascareferendum. Ketika Gus Dur terpilih menjadi presiden, Yenny berhenti dari pekerjaannya dan menjadi staf khusus presiden bidang komunikasi politik.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Harvard, dengan beasiswa Mason. Ia kembali ke Indonesia pada 2004 dan menjadi Direktur Wahid Institute sampai tahun 2016. Yenny juga pernah menjadi staf khusus bidang komunikasi politik, pada periode pertama Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). []