Pelopor.id | Jakarta – Antibodi pasca vaksin yang dilaporkan akan menurut setelah vaksinasi memicu kekhawatiran di masyarakat bahwa tubuh bisa dengan mudah terserang virus corona. Terkait hal ini, Ahli Patologis Klinis Tonang Dwi Ardyanto menegaskan bahwa antibodi memang perlahan menurun kadarnya. Baik paska infeksi maupun paska vaksinasi. Semua antibodi mengalaminya dan semua hasil vaksinasi juga mengalaminya.
“Seberapa cepat? Tergantung apa penyakitnya, apa penyebabnya dan bagaimana respon orangnya. Beda-beda tiap orang,” tutur Tonang Dwi Ardyanto di akun Facebooknya dikutip Pelopor.id, Rabu, 4 Agustus 2021.
“Sementara itu, hindari diri dari risiko paparan tinggi, agar memperkecil risiko terinfeksi. Jangan sampai kita bagai pepatah: karena mengangankan elang di langit, burung merpati di tangan justru kita lepaskan.”
Dalam kasus covid, Tonang Dwi Ardyanto menyampaikan bahwa ada yang melaporkan 98,8% orang masih memiliki antibodi setelah 9 bulan paska infeksi. Namun, ada juga yang melaporkan bertahan hingga 13 bulan.
“Ada yang melaporkan mulai menurun setelah 6 bulan. Artinya? Memang beda-beda respon setiap orang,” ungkapnya.
Namun, mulai menurun kadar antibodinya. Bukan berarti antibodi tersebut langsung habis. Adapun dalam laporan penelitian yang sama, ada informasi yang lebih penting yakni pemberian dua kali suntikan mampu membentuk sel memori yang cukup untuk merespon bila terjadi lagi infeksi atau bila diberikan vaksinasi lagi.
“Begitu sel memori merespon, segera terbentuk antibodi lagi,” jelas Tonang Dwi Ardyanto.
Ia juga menerangkan bahwa respon orang berbeda-beda dalam hal kadar antibodi. Seperti ada yang mulai turun setelah 6 bulan, 9 bulan, 13 bulan dan seterusnya. tetapi banyak laporan menyebutkan pembentukan sel memori tersebut pada banyak orang.
- Baca juga : Mengenal Regkirona, Obat Covid-19 yang Bakal Diimpor Dexa Medica
- Baca Juga : BPOM Restui Kalbe Farma Uji Klinis Vaksin GX-19N
- Baca juga : Pemprov DKI: Setelah Isoman, Pasien Covid-19 Tidak Perlu Tes PCR Ulang
“Jadi kalaupun termasuk yang antibodinya menurun, kita masih punya sel memori,” sebutnya.
Oleh sebab itu, menurut Ahli Patologis Klinis ini, kita harus bersyukur kalau sudah punya sel memori dan jangan menjadi gelisah soal kapan harus vaksinasi lagi. Sebab, dengan sel memori, kita punya kesiapan segera bereaksi bila terpaksa terinfeksi lagi.
“Sementara itu, hindari diri dari risiko paparan tinggi, agar memperkecil risiko terinfeksi.
Jangan sampai kita bagai pepatah: karena mengangankan elang di langit, burung merpati di tangan justru kita lepaskan,” tandasnya. []