Pelopor.id | Jakarta – Sri Lanka akan menerima bailout bersyarat dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), senilai USD 2,9 miliar untuk memperbaiki kebangkrutannya.
Meski demikian, pengumuman IMF tentang paket USD 2,9 miliar, yang tersebar selama empat tahun, masih kurang dari USD 3 miliar – USD 4 miliar yang dicari oleh Sri Lanka.
Seperti diketahui, Sri Lanka sudah berbulan-bulan mengalami kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, pemadaman listrik yang berkepanjangan dan inflasi yang tak terkendali, setelah kehabisan dolar untuk membiayai bahkan impor yang paling penting. Negara ini telah gagal membayar utang luar negerinya sebesar USD 51 miliar.
“Sri Lanka telah menghadapi krisis akut … secara tidak proporsional ditanggung oleh orang miskin dan rentan,” kata IMF seperti dikutip dari AFP.
Dewan IMF perlu meratifikasi perjanjian tersebut, yang bergantung pada pemerintah yang mencapai kesepakatan dengan kreditur untuk merestrukturisasi pinjamannya.
Tetapi kepala misi pemberi pinjaman, Peter Breuer, mengatakan kreditur juga perlu membantu Sri Lanka melepaskan diri dari “krisis yang dalam” dan kembali membayar utangnya.
“Ini benar-benar kepentingan semua kreditur untuk bekerja dengan Sri Lanka di bidang ini. Jika kreditur tidak mau memberikan jaminan ini, itu memang akan memperdalam krisis di Sri Lanka dan akan merusak kapasitas pembayarannya,” kata Breuer.
Tiongkok, pemberi pinjaman bilateral terbesar di negara itu, yang menyumbang lebih dari 10% pinjaman, sejauh ini belum secara terbuka mengubah tawarannya untuk mengeluarkan lebih banyak pinjaman daripada memotong pinjaman yang belum dibayar.[]