Pelopor.id | Jakarta – Pub Inggris diprediksi bisa terpaksa tutup akibat kenaikan harga energi besar-besaran. Terkait hal itu, tokoh industri terkemuka di Inggris pada Selasa (30/08/2022) mendesak pemerintah untuk turun tangan.
“Kami memiliki pemungut cukai yang mengalami kenaikan 300 persen lebih dalam biaya energi dan beberapa perusahaan energi bahkan menolak untuk mengutip pasokan,” kata direktur pelaksana grup pub JW Lees, William Lees Jones, seperti dikutip dari AFP.
Kepala eksekutif Nick Mackenzie menambahkan, salah satu penyewa pub di grup Greene King yang beranggotakan 2.700 orang telah melihat kenaikan tagihan energi mereka sebesar £ 33.000 (USD 38.600) tahun ini.
“Tanpa intervensi pemerintah segera untuk mendukung sektor ini, kita bisa menghadapi prospek pub tidak mampu membayar tagihan mereka,” lanjutnya.
Krisis biaya hidup Inggris telah membuat inflasi melonjak ke level tertinggi 40 tahun, dengan jumlah pemogokan yang meluas atas tawaran gaji yang gagal mengimbangi kenaikan harga.
Pekan lalu, regulator energi Ofgem mengumumkan kenaikan harga gas dan listrik sebesar 80 persen untuk rumah tangga rata-rata mulai Oktober, dengan tagihan yang lebih tinggi diharapkan mulai Januari. Namun, batas harga energi tidak berlaku untuk bisnis.
Sejumlah perusahaan, seperti Greene King, JW Lees, Carlsberg Marston’s, Admiral Taverns, Drake & Morgan dan St Austell Brewery, telah mendesak pemerintah dalam sebuah surat terbuka untuk memperpanjang batas untuk bisnis.[]