Pelopor.id | Jakarta – Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Iran telah setuju meringankan tuntutan utama yang telah menahan kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015, dengan semua mata tertuju pada apa yang ditawarkan oleh Presiden AS Joe Biden.
AS diharapkan segera menanggapi Iran melalui mediator Uni Eropa (UE), setelah satu setengah tahun diplomasi tidak langsung yang beberapa pekan lalu tampak di ambang kehancuran.
Para pejabat AS mengatakan, Iran membatalkan tuntutan untuk memblokir sejumlah inspeksi nuklir PBB, setelah juga melonggarkan desakan pada poin penting, bahwa Washington menghapus Pengawal Revolusi yang kuat dari daftar hitam terorisme.
“Kesenjangan masih ada, tetapi jika kita mencapai kesepakatan untuk kembali ke kesepakatan, Iran harus mengambil banyak langkah signifikan untuk membongkar program nuklirnya,” kata pejabat senior pemerintahan AS seperti dilansir dari AFP.
Biden telah mendukung kembalinya kesepakatan yang dihancurkan oleh mantan presiden Donald Trump dan Iran telah menekan keras dalam negosiasi di Wina. Namun pejabat itu bersikeras bahwa Iran pada akhirnya “membuat konsesi pada masalah-masalah kritis.”
Iran telah berusaha menghentikan penyelidikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) ke tiga situs nuklir yang tidak diumumkan, di mana pengawas mengatakan memiliki pertanyaan terkait dengan pekerjaan nuklir yang telah berakhir.
Pada Juni, Iran memutuskan sejumlah kamera IAEA setelah dewan badan PBB mengecam Teheran karena tidak menjelaskan secara memadai jejak uranium sebelumnya.
Pejabat senior AS mengatakan Iran telah setuju memantau “untuk waktu yang tidak terbatas.”
“Selain batasan nuklir yang harus diterapkan Iran, IAEA akan kembali dapat menerapkan rezim inspeksi paling komprehensif yang pernah dinegosiasikan, memungkinkannya mendeteksi setiap upaya Iran untuk mengejar senjata nuklir secara diam-diam,” kata pejabat itu.[]