Pelopor.id | Jakarta – Iran menolak sebagai “fiksi” tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa pihaknya telah merencanakan pembunuhan mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton, sebagai pembalasan atas pembunuhan salah satu komandan utamanya.
Klaim AS datang pada saat pembahasan genting tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara besar yang telah ditinggalkan Washington pada 2018, namun mengatakan ingin bergabung kembali, dengan Iran sekarang mempertimbangkan apa yang disebut mediator Uni Eropa sebagai teks “final”.
“Departemen Kehakiman AS telah membuat tuduhan tanpa memberikan bukti yang sah, menciptakan karya fiksi baru,” kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Nasser Kanani seperti dikutip dari AFP.
“Kali ini mereka datang dengan plot yang melibatkan individu seperti Bolton yang karir politiknya telah gagal,” ejeknya.
Sebelumnya pada Rabu, Departemen Kehakiman AS mengumumkan telah menghentikan rencana oleh anggota Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) Iran untuk membunuh Bolton, menawarkan orang tak dikenal di dalam AS bayaran USD 300.000 untuk melaksanakan pekerjaan itu.
Departemen Kehakiman AS menduga rencana itu kemungkinan ditetapkan sebagai pembalasan atas pembunuhan AS atas komandan Pengawal Qasem Soleimani di Irak pada Januari 2020.
Namun, dokumen pengadilan menunjukkan FBI membiarkan rencana itu terus mengumpulkan informasi tentang dalang Shahram Poursafi, seorang anggota pasukan elit Quds IRGC, dan tentang rencana Iran yang lebih luas, termasuk rencana lain untuk membunuh seorang mantan pejabat AS yang bahkan lebih menonjol, yang disebut-sebut adalah mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Poursafi, yang diyakini masih berada di Iran, didakwa oleh Departemen Kehakiman AS dengan dua tuduhan terkait merencanakan pembunuhan.[]