Pelopor.id | Jakarta – ExxonMobil mencetak keuntungan senilai USD 17,9 miliar pada kuartal kedua tahun ini, naik hampir empat kali lipat dibanding periode sama tahun lalu yang hanya sekitar USD 4,7 miliar.
Selain keuntungan, pendapatan raksasa minyak Amerika Serikat (AS) itu juga tumbuh 68,7 persen menjadi USD 111,3 miliar. Pencapaian ini menggarisbawahi kenaikan harga minyak dan gas alam di tengah ketatnya pasar komoditas.
ExxonMobil bergabung dengan rivalnya, Royal Dutch Shell dan TotalEnergies, dalam merilis peningkatan laba kuartal kedua yang besar setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menekan pasar energi.
Hasil ExxonMobil juga didorong oleh kinerja yang kuat dalam bisnis hilirnya di tengah harga bensin yang tinggi dan kapasitas penyulingan yang terbatas.
“Pendapatan dan arus kas diuntungkan dari peningkatan produksi, realisasi yang lebih tinggi, dan pengendalian biaya yang ketat,” kata Chief Executive Darren Woods seperti dikutip dari AFP.
Raksasa minyak, yang mengalami serangkaian kerugian triwulanan di awal pandemi ketika permintaan minyak bumi menurun, menjadi makmur mengikuti perubahan pasar.
Selama kuartal tersebut, ExxonMobil diuntungkan dari lonjakan realisasi harga minyak mentah sebesar 71 persen dibandingkan dengan periode tahun lalu dan peningkatan gas alam sebesar 186 persen.
Bisnis penyulingan, yang merugi pada kuartal 2021, membukukan keuntungan USD 5,3 miliar.[]