Pelopor.id | Jakarta – Twitter meleset dari ekspektasi dengan pendapatan USD 1,18 miliar dan menyalahkan sejumlah hambatan, termasuk pertempuran hukum dengan miliarder Elon Musk yang membatalkan kesepakatan akuisisi senilai USD 44 miliar.
Selain itu, dalam konteks pengetatan kondisi kredit dan gejolak ekonomi saat ini, banyak perusahaan seperti Twitter yang sangat bergantung pada iklan mengalami penurunan anggaran pengiklan.
“Twitter berada di perahu dayung di tengah badai. Kisah Musk mengguncang perahu lebih keras,” kata analis Jasmine Enberg seperti dikutip dari AFP.
“Twitter sekarang berada dalam posisi yang sulit untuk meyakinkan pengiklan bahwa bisnis iklannya solid,” tambahnya.
Twitter meraih kemenangan awal pekan ini dalam pertarungannya dengan Musk, ketika hakim menyetujui persidangan jalur cepat tentang apakah akan memaksa Musk menyelesaikan pembelian.
Pengacara Musk telah mengajukan jadwal pada Februari 2023, namun pengadilan sangat memperhatikan keinginan Twitter yang dilanda ketidakpastian dan menetapkan jadwal pada awal Oktober 2022.
Sementara kesepakatan itu masih dalam ketidakpastian, Twitter dibiarkan dengan karyawan yang cemas, pengiklan yang waspada, dan manajemen yang lumpuh.
Tidak seperti Google dan Facebook Meta, yang mendominasi iklan online dan menghasilkan keuntungan miliaran, Twitter kehilangan ratusan juta dolar pada tahun 2020 dan 2021.[]












