Pelopor.id | Jakarta – Tembaga memperpanjang penurunan tajam sejak pandemi pada tahun 2020, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi global. Setelah penurunan 4,2% pada Selasa (05/07/2022) ke penutupan terendah dalam 19 bulan, tembaga turun lebih lanjut pada Rabu (06/07/2022) bersama dengan aluminium dan seng.
Mengutip Bloomberg, investor mengkhawatirkan berbagai ancaman terhadap permintaan, mulai dari krisis gas Eropa hingga perlambatan Amerika Serikat (AS) dan wabah baru di Tiongkok.
Putaran baru pengujian virus massal di Shanghai menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kebijakan Covid Zero Tiongkok akan mempersulit pemulihan ekonomi negara itu. Tiongkok dipandang sebagai salah satu titik terang untuk permintaan, mengingat janji pemerintah untuk memulai kembali pertumbuhan pada semester ini.
Kuartal terakhir adalah yang terburuk untuk logam sejak krisis keuangan besar pada 2008, dan Juli tidak banyak membantu akibat kekhawatiran resesi mendominasi pasar. Peluang kontraksi ekonomi AS kini adalah 38%, menurut perkiraan terbaru dari Bloomberg Economics.
Di London Metal Exchange, tembaga tercatat melandai 1,1% menjadi USD 7.589 per ton pada pukul 11.03 pagi di Shanghai, turun di bawah level terendah intraday USD 7.597 pada Selasa. Sedangkan aluminium turun 0,9% dan seng turun 0,4%.
Aksi jual di seluruh logam juga menghantam penambang, dengan Rio Tinto Ltd kehilangan hampir 6% di Australia. BHP Group turun sekitar 5% dan penambang tembaga Oz Minerals Ltd turun sebanyak 5,6%.[]