GM dan Ford Bersiap Hadapi Perlambatan Ekonomi AS

- Editor

Jumat, 17 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kantor pusat General Motors. Ilustrasi. (Foto: Pelopor.id/Instagram @generalmotors)

Kantor pusat General Motors. Ilustrasi. (Foto: Pelopor.id/Instagram @generalmotors)

Jakarta | Chief financial officer (CFO) untuk dua perusahaan mobil terbesar Amerika Serikat (AS), General Motors Co. dan Ford Motor Co., mengatakan permintaan konsumen tetap kuat, namun mereka mengamati tanda-tanda resesi AS.

Pada konferensi Deutsche Bank hari Rabu, CFO Ford John Lawler mengatakan penurunan ekonomi adalah kemungkinan dan bahwa produsen mobil itu mencoba menilai dampak inflasi dan kenaikan harga bensin pada ekonomi yang lebih luas. Sebelumnya, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) telah menyetujui kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase, terbesar sejak 1994.

Lawler mengatakan, meski sudah menaikkan harga untuk Mustang Mach-E listrik, lonjakan biaya bahan untuk baterai kendaraan listrik dalam beberapa bulan terakhir telah menghapus keuntungan yang diharapkan Ford untuk model tersebut. Ditambah lagi dengan Ford Credit yang merupakan cabang pembiayaan perusahaan, juga mengalami peningkatan tunggakan kredit mobil.

“Kami mencari setiap indikasi dan setiap titik data yang kami bisa untuk membaca di mana konsumen berada, ke mana mereka menuju,” kata Lawler seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (17/06/2022).

CFO General Motors Paul Jacobson menolak untuk mengatakan apakah perusahaan juga telah menaikkan harga kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), menekankan bahwa mereka ingin mempertahankan fleksibilitas di masa depan untuk memperhitungkan biaya komoditas yang berfluktuasi.

“Kami tidak ingin berakhir dalam situasi di mana pelanggan telah memesan kendaraan dua, tiga tahun, dan kami tidak tahu ke mana arah inflasi,” kata Jacobson.

Kedua CFO tersebut mengatakan bahwa dinamika pasar tetap menguntungkan mereka dengan banyaknya permintaan yang terpendam pada banyak dealer dan sedikit persediaan untuk memenuhinya.

Namun, biaya bahan bakar yang lebih tinggi dan inflasi menciptakan lingkungan yang lebih cair, bahkan jika hal itu tidak segera menahan selera pembeli. Harga rata-rata bensin di AS baru-baru ini telah mencapai USD 5 per galon.[]

Facebook Comments Box
Baca Juga :   Lawan Inflasi, The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps

Berita Terkait

Temuan Potongan Tikus Picu Penarikan Roti Terkenal di Jepang
Alroji Saku John Jacob Astor Pecahkan Rekor Harga Artefak Titanic
Kecelakaan Kereta Mematikan di India Terkait Kegagalan Sistem Sinyal
Biden Optimis Bisa Sepakat dengan Republik untuk Menaikkan Batas Utang
Ford Pangkas 1.300 Pekerjaan di Inggris
Tesla Babak Belur di Wall Street
Pesan Natal, Paus Fransiskus Minta Perang Rusia-Ukraina Diakhiri
Rumah Mode Balenciaga Putus Hubungan dengan Kanye West

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 02:37 WIB

SaladKlab Gebrak Kancah Musik Elektronik Lewat EP No Wassap

Selasa, 17 Juni 2025 - 01:16 WIB

Inocent Purwanto Resmi Terjun ke Industri Musik Lewat Single Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih

Jumat, 13 Juni 2025 - 02:06 WIB

Unit Rock, MUSE Bakal Gelar Konser di Jakarta

Jumat, 13 Juni 2025 - 00:57 WIB

Meha Angkat Tema Ghosting di Single Ada Rasa

Rabu, 11 Juni 2025 - 23:22 WIB

Bakal Konser di Sentul, Mariah Carey Siap Bawakan Hits Ikonik

Rabu, 11 Juni 2025 - 21:44 WIB

Usung #MomentumLoDimulai, Kolektif Soundwich Resmi Diluncurkan

Rabu, 11 Juni 2025 - 21:03 WIB

Dari 2015 ke 2025, Bemby Gusti Hadirkan Evolusi Suara dalam Single Rayuan Nan Elok

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:42 WIB

Kay Sebastene Unjuk Keberanian untuk Jujur Lewat Single I’M NOT

Berita Terbaru

Poster konser Muse di Jakarta. (Foto: Instagram/muse)

Musik

Unit Rock, MUSE Bakal Gelar Konser di Jakarta

Jumat, 13 Jun 2025 - 02:06 WIB

Penyanyi solo, Meha. (Foto: Istimewa)

Musik

Meha Angkat Tema Ghosting di Single Ada Rasa

Jumat, 13 Jun 2025 - 00:57 WIB