Jakarta | Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (06/06/2022) malam menghadapi mosi tidak percaya Partai Konservatif, setelah 54 anggota parlemen Tory-nya memicu kontes menyusul serangkaian skandal yang telah menghancurkan kepercayaan pada kepemimpinannya.
Seorang juru bicara Downing Street mencap pemungutan suara sebagai kesempatan untuk mengakhiri spekulasi berbulan-bulan dan memungkinkan pemerintah untuk menarik garis dan melanjutkan, memenuhi prioritas rakyat.
Ketua Backbench Graham Brady menegaskan bahwa ambang batas 15 persen dari partai parlemen mencari mosi percaya pada pemimpin Partai Konservatif telah terlampaui.
Serentetan skandal telah merusak citra Johnson pada tahun lalu, terutama yang disebut kontroversi “Partygate” yang membuatnya menjadi perdana menteri Inggris pertama yang terbukti melanggar hukum.
Brady mengatakan bahwa Johnson diberitahu, ketika empat hari perayaan nasional untuk Platinum Jubilee Ratu Elizabeth II berakhir, bahwa ambang batas untuk memicu pemungutan suara telah tercapai.
“Kami menyetujui jadwal untuk mosi tidak percaya dan dia berbagi pandangan saya, yang juga sejalan dengan aturan yang kami miliki, bahwa pemungutan suara harus dilakukan sesegera mungkin dan itu akan terjadi hari ini,” katanya seperti dikutip dari AFP.
Sebelumnya Johnson pernah menolak mundur, setelah menerima hukuman denda karena menghadiri acara yang melanggar lockdown di Downing Street pada 2020.
Namun dukungan untuk Johnson di kalangan Konservatif sudah surut dalam beberapa pekan terakhir, setelah publikasi penyelidikan internal yang menemukan bahwa dia memimpin budaya pesta pemecah lockdown Covid yang berlangsung hingga larut malam dan bahkan menampilkan perkelahian mabuk di antara staf.
Sejumlah anggota parlemen Tory telah maju untuk mengatakan bahwa mereka tidak percaya partai tersebut dapat memenangkan pemilu berikutnya di bawah kepemimpinan Johnson.
Jajak pendapat telah menunjukkan ketidaksetujuan publik yang mendalam atas skandal itu, dengan sebagian besar orang mengatakan Johnson secara sadar berbohong tentang “Partygate” dan bahwa dia harus mengundurkan diri.[]