Jakarta | Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memicu gelombang baru kritik dan ketidakpahaman atas seruannya untuk menghindari mempermalukan Rusia di Ukraina, yang menunjukkan perpecahan dalam aliansi Barat.
Macron menegaskan kembali keyakinannya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus diberi jalan keluar dari apa yang disebutnya “kesalahan bersejarah dan mendasar” dengan menginvasi Ukraina.
“Kita tidak boleh mempermalukan Rusia sehingga pada hari ketika pertempuran berhenti, kita dapat membangun jalan keluar melalui cara-cara diplomatik,” kata Macron, mengulangi argumen yang dia buat pada awal Mei, seperti dikutip dari AFP.
Namun, pernyataan itu segera memicu ketegangan baru dengan Ukraina, di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diketahui skeptis tentang desakan Macron untuk mencoba membujuk Putin mengakhiri perang.
Meskipun secara terbuka mendukung Ukraina dan mengizinkan pengiriman senjata ke negara yang terkepung, Macron telah membuat lusinan panggilan telepon ke Putin sejak pergantian tahun.
“Saya yakin bahwa peran Prancis adalah menjadi kekuatan mediasi,” ujar Macron.
Menanggapi pernyataan Macron, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuliskan di media sosial bahwa ajakan untuk menghindari penghinaan terhadap Rusia hanya dapat mempermalukan Prancis dan setiap negara lain yang akan menyerukannya.
Pernyataan Macron menggarisbawahi perbedaan dalam pendekatan terhadap konflik antara Prancis di satu sisi dan Ukraina, negara-negara Eropa timur, dan Amerika Serikat dan Inggris di sisi lain.
Beberapa pihak khawatir Prancis dan Jerman ingin Ukraina menyerahkan wilayah untuk mengakhiri pertempuran, meskipun tidak ada pernyataan publik dari Paris atau Berlin yang mendukung argumen ini.
Sedangkan Ukraina dan sekutu terdekatnya melihat perang sebagai pertempuran untuk kelangsungan hidup negara Ukraina dan demokrasi yang hanya akan diselesaikan dengan kekalahan Rusia.[]