Jakarta | Para pemilih Denmark menyetujui bergabung dengan pakta pertahanan Uni Eropa (UE) sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini menandakan perubahan bersejarah di negara yang menghindari hubungan lebih dalam dengan blok tersebut.
Para pendukung penghapusan opt-out pada kerjasama militer UE mengumpulkan 66,9% suara, dengan 33,1% menentang.
Keputusan ini menambah pergeseran seismik dalam pengaturan keamanan Eropa setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memulai perang skala penuh melawan Ukraina pada akhir Februari 2022.
Ini juga akan menandai pertama kalinya dalam hampir tiga dekade bahwa negara Nordik, yang secara tradisional skeptis tentang integrasi Eropa yang lebih dalam, telah bergerak secara substansial lebih dekat ke blok perdagangan.
“Ketika ada perang di benua kami, kami tidak bisa netral. Mungkin ini adalah ‘ya’ terbesar dalam referendum UE yang pernah ada di Denmark,” kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dalam pidatonya di Kopenhagen, seperti dikutip dari Bloomberg.
Pemerintah Denmark menyerukan referendum pada Maret, dan Frederiksen mengatakan sangat penting bagi negara itu untuk memainkan peran yang lebih besar dalam operasi militer dan kerja sama untuk membantu membawa stabilitas ke Eropa.
Setelah bergabung dengan UE bersama dengan Inggris pada tahun 1973, Denmark juga berada di luar kawasan euro dan kemitraan blok tersebut dalam bidang keadilan dan urusan dalam negeri.
Sebelumnya sudah dua kali diadakan pemungutan suara untuk menyingkirkan opt-out, pada euro dan keadilan, namun perubahan ditolak kedua kali. Frederiksen, yang menghadapi pemilihan parlemen dalam waktu satu tahun, mengatakan dia tidak ingin menghapus keberatan lainnya.
Pemungutan suara bertepatan dengan Gazprom PJSC Rusia menghentikan pengiriman gas alam ke Denmark, setelah Orsted A/S menolak permintaan Putin untuk membayar bahan bakar dengan rubel.[]