Jakarta | Semakin banyak investor Tiongkok tertarik melaksanakan proyek kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Koridor Ekonomi Timur atau Eastern Economic Corridor (EEC) Thailand, dengan pengembangan mobil generasi berikutnya di antara industri kurva S yang ditargetkan di EEC.
Penasihat khusus Kantor EEC untuk urusan luar negeri Nongnuth Phetcharatana mengatakan bahwa investor ingin mendatangkan pemasok dari sektor otomotif Tiongkok untuk berinvestasi di wilayah tersebut untuk melayani rantai pasokan.
“Kebijakan EV Thailand menarik bagi investor asing dan dengan paket insentif pajak dan investasi, EEC dianggap sebagai tujuan investasi,” katanya seperti dikutip dari Bangkok Post.
Tak hanya Tiongkok, Nongnuth mengatakan bahwa investor Jerman juga berencana menanamkan dananya di fasilitas manufaktur baterai EV untuk melayani permintaan EV yang terus meningkat di masa depan. Mereka juga tertarik mengembangkan pabrik daur ulang plastik untuk produk minyak bumi.
Sekretaris jenderal Kantor EEC Kanit Sangsubhan memuji kebijakan EV yang jelas dari negara bagian untuk membuka jalan bagi industri EV yang lebih kuat di Thailand.
Pada Maret tahun lalu, Komite Kebijakan EV Nasional mengumumkan bahwa mereka ingin EV menjadi 50% dari kendaraan buatan lokal pada tahun 2030, bagian dari rencana ambisius untuk menjadikan Thailand sebagai pusat produksi EV regional.
Pada Februari 2022, kabinet menyetujui paket insentif termasuk pemotongan pajak dan subsidi untuk konsumsi dan produksi EV antara 2022 dan 2023.
Tak hanya EV, pengembangan industri lain di EEC juga mendapatkan momentum, seperti investasi dalam bisnis medis, pertanian dan pariwisata. Disebutkan bahwa Dewan Investasi telah menyetujui proposal proyek investasi senilai total 986 miliar baht.
Pembangunan infrastruktur juga terus mengalami kemajuan. Investasi dalam pengembangan fase kedua EEC diperkirakan mencapai 2,2 triliun baht dari tahun 2022 hingga 2026.
“Tahap kedua diharapkan memberikan kontribusi 4,5-5% nilai ekonomi terhadap PDB,” kata Kanit.[]