Jakarta | Inggris berencana menambah stimulus senilai 1,3 miliar pound atau sekitar USD 1,6 miliar untuk bantuan militer ke Ukraina. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson memang telah menjadi salah satu pendukung terkuat Ukraina, sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari 2022.
Sebelumnya, Inggris telah mengirim rudal anti-tank, sistem pertahanan udara dan senjata lainnya ke Ukraina.
Rencana stimulus terbaru ini disebutkan termasuk pengeluaran tertinggi untuk konflik sejak perang di Irak dan Afghanistan. Pemerintah Inggris mengatakan, pengeluaran tambahan di Ukraina akan datang dari cadangan yang digunakan untuk keadaan darurat.
“Serangan brutal Putin tidak hanya menyebabkan kehancuran yang tak terhitung di Ukraina – itu juga mengancam perdamaian dan keamanan di seluruh Eropa,” ujar PM Johnson dalam pernyataan yang dikutip dari Reuters.
Johnson mengungkapkan rencana tambahan stimulus itu menjelang panggilan video yang direncanakan oleh para pemimpin negara-negara G7 dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Negara G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat.
PM Boris Johnson juga akan menjadi tuan rumah pertemuan perusahaan pertahanan terkemuka pada akhir bulan ini, untuk membahas peningkatan produksi dalam menanggapi peningkatan permintaan yang diciptakan oleh perang di Ukraina.[]