Pelopor.id | Come Back Alive, organisasi non-pemerintah asal Ukraina yang menyediakan bantuan untuk angkatan bersenjata, dalam periode 12 jam telah menerima sumbangan Bitcoin senilai USD 400.000 atau sekitar Rp 5,7 miliar (kurs Rp 14.300/USD). Angka itu berdasarkan data firma analitik blockchain, Elliptic.
Kemudian, ada juga Ukrainian Cyber Alliance yang telah meraih USD 100.000 dalam bentuk sejumlah uang kripto sejak tahun lalu. Aktivis yang tergabung dalam kelompok ini memang sudah meluncurkan serangan siber ke Rusia sejak 2016.
Para aktivis itu menggunakan dana sumbangan untuk membiayai berbagai hal, termasuk menyediakan persenjataan bagi tentara Ukraina, membeli drone, hingga mendanai aplikasi facial recognition yang dirancang untuk mengidentifikasi mata-mata atau tentara bayaran Rusia.
Menurut data Elliptic, kelompok relawan dan organisasi non-pemerintah Ukraina secara total telah mengumpulkan uang kripto senilai lebih dari USD 1 juta. Jumlah sumbangan yang masuk pun terus meningkat, setelah Rusia melancarkan serangannya.
Ukraina juga sudah mulai mengadopsi mata uang kripto di level nasional. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan parlemen baru saja mencapai kesepakatan tentang hukum yang akan mengatur dan melegalkan mata uang kripto.
“Mata uang kripto semakin banyak digunakan untuk menggalang dana buat perang, dengan persetujuan diam-diam dari pemerintah,” ujar Chief Scientist Elliptic Tom Robinson dikutip dari CNBC.
Tidak hanya Ukraina, kelompok separatis pro-Rusia juga ikut menggalang dana berbentuk Bitcoin. Menurut analis data fintech Boaz Sobrado, penggalangan dana dalam kripto untuk kasus kontroversial memang sudah sering terjadi.
Alexei Navalny misalnya, politikus Rusia oposisi Vladimir Putin, yang sempat menerima sumbangan berbentuk Bitcoin setelah masuk penjara pada tahun lalu.[]