Pelopor.id – Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melaunching Film Majestic Tambora di auditorium Perpustakaan Nasional belum lama ini.
Film Dokumenter ini menceritakan perjalanan seorang pendaki gunung yang juga jurnalis dan penulis, untuk menelusuri kembali jejak letusan Tambora di masa lampau hingga mulai kembali didaki kembali untuk pertama kalinya.
Juga, menggali sisa salah satu kerajaan dan keluarganya yang masih tersisa, bertemu para sejarah, konservasi, geologi dan budayawan. Melihat bagaimana Tambora yang kini berstatus Taman Nasional dapat memberi manfaat pada masyarakat sekitarnya.
Film dokumenter “Majestic Tambora” dikerjakan secara kolaboratif dengan Balai Taman Nasional Tambora sejak Agustus 2020. Film ini dibuat dengan tujuan:
1. Memberi tontonan menghibur, penuh petualangan sekaligus memberi edukasi.
2. Mengangkat kembali kemahsyuran gunung api Indonesia khususnya Tambora.
3. Mendorong wisata mendaki, hiking dan trekking gunung api di Indonesia sebagai salah satunya surga gunung api nomor 4 di dunia).
4. Promosi wisata alam Taman Nasional Tambora.
5. Mengangkat informasi bagaimana sebuah letusan gunung api dapat mempengaruhi iklim global dan mengubah peradaban.
6. Sosialisasi dan mendorong penetapan tanggal 10 April (peristiwa letusan Tambora) sebagai Hari Gunung Api Internasional.
Hal tersebut lpppldiusulkan pertama kali oleh dua pemerhati gunung berapi dunia: Tanguy De Saint-Cyr dan Jeannie Curtis, pada 2016 kepada UNESCO.
Adapu letusan dahsyat Tambora telah menggulung tiga kerajaan pada April tahun 1815 silam. Tiga kerajaan itu adalah Kerajaan Pekat, Sanggar dan Tambora.
Peradaban di seputar Tambora pun musnah. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 92.000 jiwa. Angka itu belum termasuk kematian yang melanda Eropa dan Amerika, yang turut merasakan dentuman Tambora.
Akibat abu vulkanik, dua benua dipisahkan samudera itu di dera kelaparan. Sekitar setahun usai letusan tepatnya pada 1816, Eropa dan Amerika melewati tahun tanpa musim panasatau dikenal sebagai “Year without Summer”. []