China Kembangkan Program Jaksa dengan Kecerdasan Buatan

- Editor

Jumat, 31 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Kecerdasan buatan China. (Foto: Pelopor.id/Creative Tinge)

Ilustrasi Kecerdasan buatan China. (Foto: Pelopor.id/Creative Tinge)

Pelopor.id – China berusaha mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ke sektor hukum. Para ilmuwan negara itu membuat program AI untuk mengidentifikasi kejahatan serta mengajukan tuntutan.

Para peneliti mengklaim jaksa buatannya itu memiliki akurasi 97 persen. Selain itu tools juga bisa menilai kasus dan menyarankan hukuman pidana.

AI ini berdasarkan 1000 sifat yang dilaporkan berasal dari 17 ribu kasus kehidupan nyata dari tahun 2015 hingga 2020 seperti dilansir dari South China Morning Post

Mesin tersebut telah diuji oleh kantor kejaksaan terbesar, Kejaksaan Rakyat Shanghai Pudong. Ini terbukti sangat berpengalaman untuk kejahatan kriminal paling umum di Tiongkok, misalnya judi, mengemudi sembarangan, pencurian, dan penipuan.

Teknologi AI ini diharapkan juga bisa segera mengenali kasus yang lebih kompleks. Namun sebenarnya penggunaan kecerdasan buatan untuk penegakan hukum telah dikritik sejak lama.

Mereka yang mengkritik berasal dari aktivis politik dan insinyur, yang mengatakan teknologi tidak selalu bisa melakukan keadilan sesuatu yang bahkan belum bisa dikuasai manusia sendiri.

Sejumlah penelitian menyebutkan, AI gagal melakukan deteksi ujaran kebencian online atau melakukan preferensi untuk wajah putih di layar. Tetapi di sisi lain, teknologi machine learning juga sudah digunakan di sebuah pengadilan.

Associated Press menginvestigasi pria Oklahoma yang didakwa membunuh berdasarkan video pengawas disamarkan dan algoritma kepemilikan bernama ShotSpotter.

Teknologi ShotSpotter itu, telah digunakan di 110 kota di Amerika dan menelan biaya US$95 ribu per mil persegi cakupan. Namun biaya mahal itu nampaknya tidak ada artinya.

Sebab penelitian yang terbit bulan April lalu menunjukkan bahwa teknologi tidak mengurangi kekerasan senjata api dalam jangka panjang, dan implementasi teknologi tidak mengarah pada peningkatan pembunuhan atau penangkapan karena senjata. []

Facebook Comments Box
Baca Juga :   Presiden Jokowi Lakukan Pertemuan Bilateral dengan PM China Li Keqiang

Berita Terkait

BRAVE 2025 Siap Guncang Bintan dengan Rave Party Bertema Bioluminescence
WhatsApp, Google Maps dan X Bisa Digunakan Tanpa Internet
PGN Salurkan Gas Alam ke Cluster Mandar Bintaro
Pemerintah Perkuat Pengawasan Tanah yang Dikuasai Perusahaan Skala Besar
BNN Identifikasi dan Musnahkan 2 Ladang Ganja
Kebut Jargas Bintaro, PGN Aliri Gas Kebayoran Villas dan Terrace
Weak Hero Class 2 : Si Penyendiri Mulai Punya Teman
Andi Amran Copot Anak Buah Yang Terima Fee Proyek

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 21:22 WIB

Bungkus Kritik Lewat Nada, Aldy Amis Rilis Single Lapor Mas Wapres

Sabtu, 15 November 2025 - 20:38 WIB

AIDEA Weeks 2025 Ungkap Tantangan Musisi di Era Kecerdasan Buatan

Kamis, 13 November 2025 - 22:41 WIB

Gugun Blues Shelter Tampil Garang di Swag EVent Menuju All You Can Hear Gig Vol.2

Rabu, 12 November 2025 - 15:31 WIB

ELEMENT dan Karin.Kemayu Tawarkan Format Baru dalam Berkisah Lewat Book of Soundtrack: Bukan Sekadar Cinta

Rabu, 12 November 2025 - 02:51 WIB

ATEEZ Bakal Tampil di Indonesia, Tiket Sudah Mulai Dijual

Rabu, 12 November 2025 - 01:55 WIB

Tavisha, Ajojing, Paman, Rocker Kasarunk, dan Man Sinner Pamer Karya di Main-Main di Cipete Vol. 34

Selasa, 11 November 2025 - 17:51 WIB

Reno Fahreza, Ello, Eno NTRL, dan Magi /Rif Tawarkan Tema Perdamaian Lewat Single Kolaborasi

Minggu, 9 November 2025 - 23:50 WIB

HUT Ke-3, ORGIE Rilis Single Tak Mengerti dan Jersey Eksklusif Bareng Refresh Industri

Berita Terbaru

Nasional

FDA Setujui 4 Laboratorium Indonesia Uji Celsium-137

Kamis, 13 Nov 2025 - 21:57 WIB