Jakarta – Marcommads Edulearn Center menggelar Workshop Pelatihan Video Konten Kreator kepada anak-anak disabilitas di Gedung Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), pada Sabtu, 16 September 2023.
Wakil Sekretaris Jenderal DNIKS, Sentot Janinto Modjo, berpesan agar para konten kreator yang mengikuti kegiatan pelatihan yang terselenggara berkat kerja sama antara pihaknya dengan Marcommads Edulearn Center dan Raisya Cookies ini, terus belajar tanpa henti.
“Belajar terus, jangan mau kalah dengan orang lain. Saya yang sudah berusia lebih dari 50 tahun saja punya program podcast,” tutur Sentot Janinto.
“Saya belajar dari yang muda agar tak kalah sama yang muda. Jadi teruslah belajar, bekerja keras, mental harus kuat, jangan mau dibilang generasi stroberi,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Arif Handoko sebagai trainer pelatihan konten kreator dari Marcommads menyampaikan tahapan dalam membuat konten.
“Problem awal setiap para konten kreator adalah kebingungan mau bikin konten apa? Karena itu, sebagai langkah pertama yang perlu dilakukan adalah riset konten,” ucap.
Saat melakukan riset konten tersebut, lanjut Arif, para konten kreator perlu menganalisis kreator sejenis. Tujuannya adalah untuk memerhatikan tipe konten apa yang sering mereka posting dan jenis postingan apa yang paling dinilai berhasil.
Selanjutnya, kata Arif, ikuti akun media sosial yang serupa dengan niche-nya dan perhatikan konten yang mereka pos. kemudian, melakukan survei singkat dan sederhana untuk mengetahui apa yang follower atau pengikut inginkan dan butuhkan.
“Tak kalah penting adalah pantau tren terbaru dan lihat bagaimana kalian bisa mengintegrasikan ke dalam konten media sosial kamu. Cari juga 5 hashtag yang terkait dengan niche kamu dan lihat konten yang muncul. Dari situ, kalian dapat melihat jenis konten apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil,” ujar Arif.
Setelah sesi pemaparan materi, para peserta workshop melakukan praktek membuat foto dan video dengan objek Raisya Cookies. Para konten kreator tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Tampak keseruan saat mereka mengambil gambar, baik melalui gadget maupun kamera foto. Mereka kompak mengerjakan tugas kelompok dan harus selesai dalam waktu kurang lebih 1,5 jam saja.
Pelatihan video konten kreator ini bekerja sama dengan DNIKS dan Raisya Cookies. Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) adalah Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) tingkat nasional.
Didirikan pertama kali tanggal 17 Juli 1967 melalui Musyawarah Nasional Badan Pembina dan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BPKKS). DNIKS adalah organisasi nonpemerintah, bersifat terbuka, independen, serta mandiri.
Di sisi lain, Raisya Cookies memiliki kisah yang menginspirasi. Berawal dari perjalanan seorang ibu dan anaknya bernama Raisya yang berkebutuhan khusus sangat senang membuat kukis. Proses membuat kukis ini mengembangkan kemampuan motorik Raisya hingga belajar berhitung.
Ternyata, proses membuat kukis ini berdampak positif sehingga dapat diproduksi dan dijual secara luas ke masyarakat. Cerita inspiratif dari Raisya ini kemudian disusun menjadi buku dan hasil penjualannya untuk membantu rumah yatim di Surabaya.
Sementara Founder Marcommads Edulearn Center, RA Loretta Kartikasari mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan sebagai upaya mempersiapkan mentor konten kreator untuk mendampingi kelas pelatihan konten kreator anak disabilitas.
“Nanti akan dipilih 5 konten kreator yang menjadi mentor dan melatih anak-anak berkebutuhan khusus dengan orang tuanya,” ucap Dya Loretta, sapaan akrabnya.
Dya Loretta menuturkan, menjadi seorang mentor, seseorang harus memiliki kompetensi yang memadai. Karena itu, mereka harus bersertifikasi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Perempuan yang juga asesor BNSP ini mengungkapkan, pelatihan konten kreator untuk anak disabilitas tersebut akan dilangsungkan hingga akhir tahun 2023.
“Ke depannya, selain melatih konten kreator disabilitas, mereka juga menjadi mentor untuk lansia dan ibu-ibu. Harapan kami, para konten kreator ini menjadi penerus kami sebagai mentor di berbagai program Marcommads,” katanya.
“Kami menyelenggarakan program pelatihan membuat video untuk para difable ini agar menjadi konten kreator. Jadi, kami berupaya menyelesaikan kendala yang disable ini harus menjadi able dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya,” tuturnya.
Dijelaskan Dya Loretta, program pelatihan menjadi konten kreator tersebut diikuti disabilitas di antaranya anak yang mengalami down syndrome.
“Anak-anak disabilitas ini dilatih bersama ibunya. Nanti para ibu ini yang akan menjadi kameramen sekaligus sutradara. Anak-anak difable ini kondisinya berbeda-beda. Ada yang secara lisan atau berkomunikasi ada kendala, namun penglihatannya baik. Atau, sebaliknya. Jadi, pelan-pelan, mereka bisa menjadi konten kreator dengan cara mereka masing-masing,” ujarnya.
Selain itu, Dya Loretta juga mendorong para kliennya untuk turut andil dalam penyelenggaraan program pelatihan konten kreator disabilitas melalui produk-produk dari para mitra ini.
Di antaranya, produk perlengkapan rumah tangga berupa sabun cuci yang untuk meng-endorse atau mendukung program ini.
“Saya minta produknya dikirim ke semua konten kreator disabilitas ini. Mereka bisa berlatih membuat konten dan sekaligus mempromoskan produk itu. Salah satu konten kreator yang sudah bagus kemampuannya adalah dari kalangan anak tuna rungu, mereka juga mengajarkan bahasa isyarat,” tuturnya.
Dya Loretta juga mengajak pihak-pihak lain untuk bermitra dan terlibat secara aktif mendukung program tersebut. Sehingga, diharapkan penyandang disabilitas ini tidak hanya menjadi konten kreator, tapi juga bisa menjadi KOL (Key Opion Leader).
Saat ini, Dya Loretta juga sedang bermitra dengan pelaku usaha rumahan yang dikembangkan menjadi industri kuliner. Produk yang dihasilkan selanjutnya dipasarkan ke mal-mal dengan membangun outlet khusus.
“Produk-produk tersebut dibikin oleh dua tim, ada dari kalangan disabilitas dan non disabilitas. Kemudian, dibagian pengemasan, kami melatih anak-anak dengan down syndrome untuk mengerjakannya. Kemudian untuk di outlet di mal juga sudah mulai ada pramusaji dari kalangan difable, di antaranya yang tuna rungu atau tuna daksa sehingga mereka pun mampu mandiri,” ucapnya.
Apresiasi juga disampaikan Dya Loretta kepada para konten kreator yang mengikuti pelatihan untuk terus menyebarkan energi positif.
“Terima kasih atas komitmen dan konsistensi konten kreator. Banyak hal positif yang harus disampaikan pada masyarakat Indonesia. Menjadi seorang konten kreator bukan hanya sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan, tapi juga menyebarkan good vibes (energi positif),” kata dia. []