Pelopor.id | Jakarta – Harga Bitcoin naik 2,2 persen pada hari Minggu menjadi USD 25.031, level tertinggi sejak pertengahan Juni. Demikian juga Ether naik 2 persen menjadi USD 2.030.50, setelah pada Sabtu melampaui USD 2.000 untuk pertama kali sejak akhir Mei.
Hal ini terjadi di tengah reli mata uang kripto dan momentum berlanjut dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari prediksi.
“CPI berikutnya akan dirilis hanya dua hari sebelum penggabungan, di mana kami mengharapkan banyak momentum pra-acara untuk dimasukkan ke pasar,” ujar ahli strategi aset digital Fundstrat Sean Farrell seperti dikutip dari Bloomberg.
Untuk diketahui, mata uang kripto berjuang selama semester pertama tahun ini, ketika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. Harga Bitcoin, Ether, dan sejumlah token lainnya pun anjlok hingga lebih dari 50%.
Data inflasi AS yang di bawah ekspektasi dalam sepekan terakhir berpotensi membuka jalan bagi tindakan pengetatan yang kurang agresif dari The Fed.
“Di luar peningkatan volume derivatif, kami juga berspekulasi bahwa investor crypto-native mungkin mulai mengambil risiko lebih besar,” kata Farrell.
Sentimen positif ini datang di samping perkembangan positif untuk Ether karena blockchain Merge Ethereum kemungkinan akan terjadi sekitar 15 September.
Disebutkan bahwa merge mewakili transisi dalam cara token Ether dicetak dan transaksi divalidasi, jauh dari blok penambangan menggunakan teka-teki komputasi kompleks di bawah metode bukti kerja dan menuju bukti kepemilikan.[]