Pelopor.id | Jakarta – Berkshire Hathaway Inc, perusahaan milik miliarder Warren Buffett, mencetak kerugian senilai USD 43,8 miliar pada kedua tahun 2022. Hal itu salah satunya dipicu oleh penurunan harga saham di Amerika Serikat (AS). Rugi bersih kuartalan Berkshire itu sama dengan USD 29.754 per saham Kelas A.
“Meskipun kerugian bersih besar, hasil menunjukkan ketahanan Berkshire,” kata analis Edward Jones & Co James Shanahan, seperti dikutip dari Reuters.
Pada periode yang sama, Berkshire juga membukukan laba operasi hampir USD 9,3 miliar, yang salah satunya didorong oleh keuntungan dari reasuransi dan kereta api BNSF.
Hal itu mengimbangi kerugian baru di perusahaan asuransi mobil Geico, di mana kekurangan suku cadang dan harga kendaraan bekas yang lebih tinggi mendorong klaim kecelakaan.
Geico mengalami kerugian underwriting sebelum pajak sebesar USD 487 juta, dan menjadi kerugian kuartalan keempat secara berturut-turut.
Kerugian itu lebih dari diimbangi oleh keuntungan sebelum pajak sebesar USD 976 juta dalam reasuransi properti dan kecelakaan, dan lonjakan 56% dalam pendapatan investasi asuransi setelah pajak menjadi USD 1,91 miliar.
Di sisi lain, Berkshire juga memperlambat pembelian sahamnya, termasuk miliknya sendiri, meskipun masih memiliki uang tunai senilai USD 105,4 miliar yang dapat digunakan.
Investor mengamati Berkshire dengan cermat karena reputasi Buffett, dan karena hasil dari lusinan unit operasi konglomerat yang berbasis di Nebraska, Omaha, sering mencerminkan tren ekonomi yang lebih luas.
Sejumlah unit itu termasuk berpenghasilan tetap seperti perusahaan energi senama, beberapa perusahaan industri, dan merek konsumen yang sudah dikenal seperti Dairy Queen, Duracell, Fruit of the Loom dan See’s Candies.[]