Pelopor.id | Jakarta – Seorang anggota parlemen dari partai yang berkuasa di Prancis dipaksa turun secara memalukan pada Jumat (05/08/2022), setelah menyatakan bahwa konstruksi untuk Piala Dunia sepak bola tidak lebih berbahaya bagi kehidupan pekerja daripada pembangunan Menara Eiffel di Paris 135 tahun yang lalu.
Pemerintah Prancis mendapat kecaman karena menandatangani kesepakatan dengan Doha untuk memberikan keamanan bagi Piala, mengirim 220 ahli termasuk pasukan khusus, pasukan anti-drone, unit penjinak bom dan tim pencari bahan peledak.
Deputi oposisi menentang perjanjian itu dengan beberapa menyebut stadion ber-AC sebagai “skandal ekologi”, dan yang lain mengatakan bahwa pekerja yang dipekerjakan untuk pembangunan infrastruktur Piala Dunia, mayoritas asing, diperlakukan “praktis seperti budak”.
Ditanya tentang protes di radio Prancis, Karl Olive, seorang wakil untuk partai Renaissance Presiden Emmanuel Macron, menyebut kritik itu kacau, dan secara tak terduga membawa Menara Eiffel yang terkenal di dunia ke dalam perdebatan.
“Jika Anda ingin pergi ke sana, maka Anda harus ingat bahwa lebih dari 300 orang tewas membangun Menara Eiffel,” katanya kepada penyiar France Info Jumat pagi.
Namun, dalam beberapa jam, dia mundur dari jabatannya dan mengakui di Twitter bahwa “300 orang yang saya sebutkan (370 tepatnya) tidak mati selama pembangunan Menara Eiffel”.
Melansir AFP, menurut operator Menara Eiffel “tidak ada cedera atau kematian” selama dua tahun, dua bulan dan lima hari pembangunannya antara tahun 1887 dan 1889.
Para ahli Menara Eiffel percaya bahwa sekitar 370 orang telah tewas sejak Menara dibangun, sebagian besar karena bunuh diri dan kecelakaan di gedung terkenal itu.
Tetapi penyesalan itu tidak banyak membendung kemarahan atas pernyataannya, terutama dari sayap kiri.
Thomas Portes, seorang wakil dari partai sayap kiri Prancis Unbowed, mengatakan bahwa Olive telah membela Qatar dengan angka-angka palsu dan perbandingan yang mengejutkan dengan Menara Eiffel.
Dihadapkan dengan kritik internasional atas perlakuannya terhadap pekerja, Doha telah berjanji bahwa perbaikan kondisi bagi pekerja asing akan menjadi “warisan utama” Piala Dunia.[]