Pelopor.id | Jakarta – Rusia kembali memangkas pasokan gasnya ke Jerman dan sejumlah negara Eropa tengah lainnya, setelah mengeluarkan ancaman tersebut pada awal pekan. Pengurangan pasokan itu pun langsung membuat harga gas Eropa melonjak tajam, mendekati rekor tertinggi setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Melihat hal itu, para kritikus menuduh pemerintah Rusia menggunakan gas sebagai senjata politiknya.
Data BBC pada Rabu (27/07/2022) menunjukkan, harga gas grosir Eropa ditutup pada level €204,85 per megawatt jam, rekor harga tertinggi ketiga. Adapun harga tertinggi sepanjang masa dicapai pada 8 Maret, ketika ditutup pada level €210,50 per megawatt jam.
Sekadar mengingatkan, Rusia telah memangkas pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman, yang kini beroperasi kurang dari seperlima dari kapasitas normal.
Sebelum perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022, Jerman mengimpor lebih dari setengah gasnya dari Rusia dan sebagian besar dikirim lewat Nord Stream 1, sedangkan sisanya dari jaringan pipa darat. Pada akhir Juni, pasokan gas itu telah berkurang menjadi lebih dari seperempat.
Pipa Nord Stream 1, yang memiliki kapasitas 55 miliar meter kubik per tahun, adalah satu-satunya sambungan gas Rusia terbesar ke Eropa.
Raksasa energi Rusia, Gazprom, menyebutkan bahwa pemangkasan pasokan gas terbaru dilakukan dalam rangka pemeliharaan turbin. Menanggapi hal itu, pemerintah Jerman mengatakan tidak ada alasan teknis untuk membatasi pasokan gas.
Ukraina menuduh Moskow mengobarkan “perang gas” melawan Eropa dan memotong pasokan untuk menimbulkan “teror” pada orang-orang.
Di sisi lain, Polandia telah menyatakan akan sepenuhnya independen dari pasokan gas Rusia pada akhir tahun ini.
“Bahkan sekarang, Rusia tidak lagi dapat memeras kami seperti memeras Jerman misalnya,” kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, para pemimpin Eropa memang gencar membahas tentang bagaimana mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia.[]