Jakarta – John Lee ditunjuk sebagai pemimpin baru Hong Kong, setelah proses pemungutan suara dilakukan tertutup di mana ia adalah satu-satunya kandidat. Penunjukannya, dilihat sebagai langkah pemerintah Tiongkok memperkuat cengkeramannya di kota tersebut.
Lee menggantikan kepala eksekutif Carrie Lam, yang telah menjabat sejak 2017. Lee juga dikenal sebagai pendukung setia Beijing yang kerap mengawasi demonstran pro-demokrasi pada tahun 2019.
Pemimpin Hong Kong, dipilih oleh komite dalam lingkaran tertutup yang terdiri dari sekitar 1.500 anggota, yang hampir semuanya loyalis pro-Beijing, meskipun kali ini hanya ada satu kandidat bagi mereka untuk memilih.
Lee sebelumnya merupakan mantan Kepala Sekretaris dan pejabat tertinggi kedua di Hong Kong. Ia selalu diperkirakan akan menjadi pengganti yang disukai untuk Lam yang sebelumnya mengumumkan bahwa dia tidak akan mencari masa jabatan kedua.
Meskipun Lee mendapat dukungan Beijing, dia sangat tidak populer lantaran perannya dalam mengawasi tindakan keras terhadap para pemrotes selama demonstrasi atas RUU ekstradisi yang kontroversial pada tahun 2019.

Lee terus mendukung RUU itu meskipun ada kerusuhan, dan mendapat kecaman keras karena menyetujui penggunaan meriam air, peluru karet, gas air mata dan kadang-kadang amunisi hidup oleh polisi untuk membubarkan para pemrotes.
Pada tahun 2020, ia juga mendukung pengenaan undang-undang keamanan nasional yang kontroversial yang mengkriminalisasi sebagian besar bentuk protes politik dan perbedaan pendapat, dan mengurangi otonomi kota. Lee sendiri kala itu menyatakan bahwa undang-undang tersebut akan membantu memulihkan “stabilitas dari kekacauan”.
Lee baru diangkat ke jajaran kepemimpinan tahun lalu, menurut para analis hal itu tanda niat Beijing untuk fokus pada keamanan di Hong Kong. Peran Lee dalam penerapan undang-undang tersebut menyebabkan dirinya serta selusin pejabat lainnya mendapat sanksi dari Amerika Serikat serta pemblokiran YouTube pada kampanye pemilihan 2022-nya. []