Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga 30 persen kali ini, berpotensi menaikkan harga di industri pariwisata dan pendukungnya seperti transportasi, akomodasi, dan jasa penyedia makan minum.
Menurutnya, hal ini membuat wisatawan yang tetap memiliki daya beli berwisata akan lebih menekan pengeluarannya saat berwisata sekitar 10 persen. Menyikapi hal ini Kemenparekraf mengeluarkan tiga kebijakan sebagai berikut:
1. Bimbingan teknis dan pendampingan bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif pada level kecil dan juga mikro agar bisa mengelola biaya operasionalnya lebih baik.
2. Mendorong wisata minat khusus yang berpotensi mengurangi konsumsi BBM baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sport tourism, wisata gowes, dan lari atau marathon.
3. Secara jangka panjang, industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus mulai shifting secara konsisten pada pengembangan sumber energi terbarukan, sesuai dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan.
“Bagaimana mereka mengurangi penggunaan dari energi fosil yang sekarang harganya meningkat, tapi mulai menggunakan energi surya, energi listrik, maupun energi sumber daya baru yang banyak ditemui di destinasi wisata,” tutur Sandiaga dalam Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (12/09/2022).
“Jadi itu yang menjadi fokus kita tiga hal, mudah-mudahan ini bisa membantu sektor wisata terutama pariwisata domestik maupun produk ekonomi kreatif dalam menyikapi meningkatnya harga BBM,” lanjutnya.
Di sisi lain, perkembangan digital nomad menunjukkan peningkatan yang positif. Berdasarkan data Imigrasi, jumlah wisatawan yang menggunakan visa kunjungan dengan tujuan sosial budaya ke Indonesia pada periode Januari – Agustus 2022 mencapai 3.017 wisatawan terutama dari tiga negara terbanyak yakni Russia, Amerika Serikat, dan Inggris.
Menurut kajian Kemenparekraf, Canggu, Bali merupakan wilayah dengan jumlah digital nomad terbesar di Bali, dan saat ini sudah terjadi penyebaran hingga ke Jimbaran dan Uluwatu. Adapun tiga besar pasar digital nomad ke Bali adalah Russia, Inggris, dan Jerman serta negara-negara pecahan Uni Soviet/Commonwealth of Independent States (CIS) seperti Ukraina, Kazakhstan, dan Uzbekistan.
Saat ini, wisatawan digital nomad dapat masuk ke Indonesia menggunakan visa dengan tujuan sosial budaya (B211) yang eligible untuk seluruh negara. Visa ini berlaku selama 60 hari atau 2 bulan dengan biaya Rp1,5 juta dan dapat diperpanjang hingga total maksimal 180 hari atau 6 bulan dengan biaya Rp6 juta. []