Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, pembangunan pabrik minyak makan merah oleh koperasi sangat mendesak untuk segera dilakukan sehingga perlu dipercepat demi merespons kebutuhan akan minyak goreng di samping minyak makan merah yang potensial memberikan nilai tambah bagi petani sawit. Hal ini disampaikannya saat melakukan kunjungan Kerja Bersama Stakeholder Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Sumatera Utara.
“Minyak makan merah ini lebih sehat dan punya banyak manfaat. Dengan adanya ini juga dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng dan dapat menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat,” tutur Teten Kamis (09/06/2022).
Menteri Teten menjelaskan, pilot project pengembangan minyak makan merah oleh koperasi juga mulai diinisiasi di Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah. Terkait teknologinya, Ia sudah melihat langsung pembuatan minyak makan merah oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Menurut Teten, teknologi tersebut akan sangat mudah diterapkan kepada koperasi dan UMKM.
“Saya lihat teknologi untuk hasilkan minyak makan merah sudah ada di PPKS. Skala ekonomis dari teknologi ini bahkan dapat menghasilkan 500 kg minyak makan merah per jam. Saya akan bicara dengan Menteri BUMN agar memproduksi alat ini lebih banyak, supaya ketika piloting kita dapat dukungan teknologi dari PPKS,” ungkap MenKopUKM.

Sementara Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) M. Edwin Syahputra Lubis dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa pihaknya telah menghasilkan inovasi yang diharapkan dapat pengentasan stunting sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi agar usahanya mampu naik kelas.
Inovasi yang dimaksud adalah minyak makan merah yang merupakan produk turunan dari minyak kelapa sawit dengan nutrisi berupa fitonutrien (karoten dan vitamin E) yang tinggi serta kualitas asam lemak yang sangat baik bagi kesehatan.
“Minyak makan merah juga dapat menjadi jawaban untuk pengentasan stunting karena minyak makan merah memiliki asupan vitamin yang unggul dibandingkan dengan minyak goreng biasa,” sebut Edwin.
Direktur Riset Perkebunan Nusantara Teguh Wahyudi menambahkan, dari 14,59 juta hektare luas perkebunan sawit di Indonesia, 6,04 juta hektare atau 41% di antaranya dikelola oleh petani swadaya dan dari total produksi sebanyak 44,8 juta ton, 35% di antaranya adalah hasil dari sawit rakyat.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi turut menyampaikan, bahwa dengan inovasi minyak makan merah, TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dari petani tidak perlu lagi bergantung kepada pabrik minyak goreng.
“TBS yang ada di rakyat kan dibawa ke pabrik biasanya dan ditambah potongan sampai 7%. Kalau begitu caranya, TBS mereka kita kumpulin dan tak usah kita bawa ke pabrik. Artinya kalau kita siapkan ini dengan alat yang sederhana, saya rasa kita mampu membuat minyak merah ini. Sehingga kepusingan pemerintah karena minyak goreng ini bisa teratasi,” tegas Edy. []