Jakarta | Kebijakan nol-Covid di Tiongkok telah membuat ekonomi Tiongkok anjlok sangat dalam. Data penjualan ritel dan output pabrik Tiongkok terlihat merosot ke level terendah dalam dua tahun terakhir sejak pandemi.
Mengutip AFP, Biro Statistik Nasional Tiongkok mengumumkan data yang menunjukkan bahwa penjualan ritel menyusut 11,1% pada tahun ini di bulan April dan menjadi penurunan terbesar sejak Maret 2020.
Pertumbuhan produksi industri juga turun 2,9% secara tahunan, mencerminkan kerusakan dari pabrik yang tutup dan masalah transportasi ketika para pejabat meningkatkan pembatasan Covid bulan lalu. Angka ini merupakan yang terlemah sejak awal 2020, dan turun dari pertumbuhan 5,0% di bulan Maret.
Pejabat pemerintahan telah berjanji mendukung pertumbuhan, termasuk dengan menurunkan tingkat hipotek untuk pembeli rumah pertama kali.
Ekonom utama Tiongkok di Oxford Economics Tommy Wu menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga terpukul lebih keras, dan gangguan aktivitas dapat berlanjut hingga Juni dengan rebound yang mungkin memakan waktu berminggu-minggu.
Pada bulan April, angka pengangguran juga naik ke tingkat yang tidak terlihat sejak awal 2020, karena tingkat pengangguran perkotaan mencapai 6,1%.
Sebagai tanda kekhawatiran yang menjulang di antara pihak berwenang, Tiongkok pada akhir pekan mengumumkan langkah-langkah untuk membantu kaum muda menemukan pekerjaan, mengingat rekor jumlah lulusan baru diprediksi akan memasuki pasar tahun ini.
Ini termasuk subsidi asuransi sosial untuk perusahaan kecil yang mempekerjakan lebih banyak lulusan. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan, perusahaan milik negara juga diharapkan untuk meningkatkan perekrutan.[]