Jakarta – Perusahaan sewa kendaraan dan pengiriman barang, Uber mencatatkan kerugian sebesar US$5,9 miliar atau lebih dari Rp85 triliun (kurs US$ 1 = Rp 14.413,15) di kuartal pertama tahun ini yang sebagian besar akibat penurunan nilai sahamnya di perusahaan lain.
Uber menyebutkan, bahwa hampir semua kerugian yang mereka alami adalah akibat dari jatuhnya nilai investasi termasuk pada dua raksasa ride-hailing Asia, Didi China dan Grab Asia Tenggara.
Saham Didi dan Grab sendiri, telah anjlok sejak listing di bursa New York tahun lalu. Meskipun mengalami kerugian, Kepala Eksekutif Uber, Dara Khosrowshahi menyoroti kemajuannya sebagai pemulihan dari dampak pandemi.
“Hasil kami menunjukkan betapa banyak kemajuan yang telah kami buat untuk menavigasi keluar dari pandemi dan bagaimana kekuatan platform kami membedakan kinerja bisnis kami,” tuturnya dilansir dari BBC, Kamis, (05/05/2022).

Jumlah perjalanan Uber, telah meningkat 18% selama tiga bulan hingga akhir Maret 2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan itu, pendapatan Uber juga naik 136%.
Secara total, kerugian kuartal pertama Uber di tahun ini melonjak menjadi US$5,9 miliar dari US$108 juta tahun lalu, didorong oleh US$5,6 miliar penurunan nilai saham di bisnis lain, terutama perusahaan ride-hailing China, Didi. []