Kisah Desa Paciran yang Dijuluki Kampung Rajungan

- Editor

Selasa, 22 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kisah Desa Paciran yang Dijuluki Kampung Rajungan. (Foto:Pelopor.id/KKP)

Kisah Desa Paciran yang Dijuluki Kampung Rajungan. (Foto:Pelopor.id/KKP)

Pelopor.id – Kampung Rajungan adalah nama populer dari Desa Paciran, yang terletak di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Sebutan Paciran sebagai Kampung Rajungan lantaran sebagian besar warganya berprofesi sebagai nelayan rajungan.

Tercatat ada 1.142 nelayan tergabung ke dalam tujuh Kelompok Usaha Bersama (KUB). Tak ayal, produksi rajungan di wilayah tersebut mampu menggerakkan ekonomi desa, bahkan berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

Setiap tahunnya, rata-rata hasil tangkapan rajungan mereka mencapai 389.250 kg dengan taksiran nilai produksi lebih dari Rp46 miliar. Bahkan rajungan dari daerah ini berhasil menembus pasar ekspor, terutama Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan Korea Selatan.

Kesuksesan ini, antara lain berkat kegiatan hilirisasi usaha rajungan sudah berjalan aktif. Setidaknya terdapat 9 Unit Pengolahan Ikan (UPI) berskala mikro dan kecil atau disebut miniplant dan telah tergabung ke dalam Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Gampang Rukun dan Poklahsar Persaudaraan Ibu Nelayan (PIN).

Unit Pengolahan Ikan berhasil menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat setempat yang kebanyakan istri nelayan dengan rata-rata 10 sampai 80 orang pekerja per miniplant. Khusus untuk Poklahsar, seorang penyuluh perikanan bernama Toha Muslih (45 tahun) siap membantu memberikan pendampingan legalitas perizinan usaha seperti Nomor Induk Berusaha, Pangan Industri Rumah Tangga, dan Halal Majelis Ulama Indonesia.

Plt. Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kusdiantoro mengatakan, pengembangan SDM di kampung tersebut sebagai dukungan terhadap program prioritas yang menjadi terobosan KKP. Salah satunya, pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.

Terkait hal ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya pernah menyebutkan tiga kategori kampung, yaitu kampung perikanan budidaya pedalaman untuk komoditas air tawar; kampung perikanan budidaya pesisir untuk komoditas payau; serta kampung perikanan budidaya laut.

Pada rapat kerja dengan Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, 18 Januari 2022, Menteri Trenggono menjelaskan bahwa pembangunan kampung perikanan merupakan salah satu program yang akan diakselerasi pada tahun 2022.

Kisah Desa Paciran yang Dijuluki Kampung Rajungan
Kisah Desa Paciran yang Dijuluki Kampung Rajungan. (Foto:Pelopor.id/KKP)

Menurutnya, pembangunan tersebut bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dan mendorong pembangunan di berbagai daerah. Nah, hal ini salah satunya di Paciran. Dimana kesejahteraan yang dirasakan nelayan Paciran tentunya tak lepas dari kiprah penyuluh perikanan yang sehari-hari mendampinginya.

Masih jelas di memori Toha masih ia pertama kali ditugaskan menjadi menyuluh di Desa Paciran pada 2011 silam. Saat itu, kehidupan nelayan di sana begitu pas-pasan dengan hasil tangkapan yang minim.

“Saya melihat potensi rajungan yang besar, sayangnya masyarakat masih hidup secara individu. Mereka akan besar jika memiliki kelembagaan sendiri. Untuk itu, saya berinisiatif membentuk kelompok sebagai wadah usaha nelayan,” ungkap Toha berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Pelopor.id dari KKP yang dikutip Selasa, (22/02/2022).

Baca Juga :   Jubir Kemenkes Ungkap 6 Dugaan Penyebab Hepatitis Akut

Adapun pendekatan kelompok melalui KUB merupakan strategi pemberdayan masyarakat pesisir yang efektif. Manfaat yang dirasakan lebih besar bagi anggota karena dapat meningkatkan kemampuan usaha, akses permodalan, pemasaran, dan mengakses program pemerintah ataupun Corparate Social Responsibility dari perusahaan.

Sebagai penyuluh pendamping, Toha pastinya aktif menyuarakan alat tangkap yang ramah lingkungan, khususnya bubu lipat untuk menangkap rajungan. Ia juga gencar menyosialisasikan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Lobster, Kepiting dan Rajungan di wilayah Republik Indonesia agar terjaga keberlanjutannya di alam.

Selain itu, ia juga membekali warga dengan teknik penangkapan dan penanganan rajungan yang baik. Sehingga rajungan yang dihasilkan nelayan memiliki kualitas terbaik dan berharga tinggi.

“Dulu sekilo rajungan cuma dihargai 40.000 sampai 60.000 rupiah, sekarang dengan kualitas yang lebih baik harganya naik jadi 120.000 sampai 130.000 rupiah per kilogram,” ungkap Ketua KUB Kelopo Kembar, Tsabit, salah satu nelayan binaan Toha.

Menariknya, kini nelayan Paciran mampu memanfaatkan alat bantu penangkapan seperti GPS, aplikasi perkiraan cuaca berbasis smartphone, dan mesin penarik jaring (gardan). Sebelumnya, nelayan hanya mampu berlayar 8 sampai 10 mil dengan bubu yang dibawa 200-300 unit saja per kapal.

Setelah ada teknologi penangkapan, nelayan mampu menempuh lokasi fishing ground sampai 30 mil dengan bubu sebanyak 400-600 unit per kapal. Hasilnya, produktivitas tangkapan rajungan meningkat.

KUB yang dibina Toha, setiap tahunnya mendapat bantuan dari pemerintah, seperti 1.000 unit bubu rajungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan 10 unit GPS dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan.

Selain itu, mereka juga mendapatkan akses pinjaman dengan bunga ringan lewat BLU LPMUKP KKP juga telah diraih kedua KUB binaannya dengan nominal Rp500 juta di tahun 2020. Nelayan juga tak lagi risau memasarkan rajungan tangkapannya, sebab pada tahun 2021 ada kerja sama antara kelompok binaan dengan Aruna, startup pemasaran perikanan digital. Sehingga lebih menguntungkan lantaran harga jual rajungannya lebih kompetitif.

Pada tahun 2021, Desa Paciran telah ditetapkan sebagai Desa Inovasi/Desa Mitra BRSDM. Berbagai kolaborasi kegiatan penyuluhan bersama pemerintah daerah dilakukan. Salah satunya adalah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi penangkapan rajungan hingga pengolahan dan pemasaran produk rajungan, terasi, kerupuk cumi, dan pindang layang. []

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Hadirkan 200 Musisi, Merch-Making Market Bakal Digelar di Jakarta
Final Futsal Series dan NCFS Jakarta Digelar di GOR UNJ, Langkah Konkret Bangun Ekosistem Futsal Nasional
Andi Amran Copot Anak Buah Yang Terima Fee Proyek
Bernadya Raih Prestasi Baru di Spotify Indonesia
Lomba Desa Wisata Nusantara dan Lomba Literasi Budaya Desa Tahun 2024
Gandeng Damkar Bantaeng, Huadi Group Gelar Latihan Tanggap Darurat
Didukung Huadi Group dan Pemda Bantaeng, Taekwondo Optimis Raih Medali
Chant Legendaris “Glory Man United” Menggambarkan Semangat di Lapangan

Berita Terkait

Minggu, 2 Februari 2025 - 01:11 WIB

Garap Film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Siapkan Judul Internasional

Rabu, 11 Desember 2024 - 12:30 WIB

Albert Tanabe Ramaikan Program Musik Main-Main di Cipete

Senin, 7 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Synchronize Festival 2024 Sukses Digelar Selama 3 Hari

Jumat, 6 September 2024 - 03:39 WIB

Gitaris Bless The Knights, Fritz Faraday Resmi Di-endorse Blackstar Amplification

Sabtu, 20 April 2024 - 21:16 WIB

Pameran Road to ARTJOG 2024-Performa Kinestetik Digelar di Jakarta

Jumat, 5 April 2024 - 22:57 WIB

Sambut Idul fitri, Jusuf Hamka Bagikan 300 Pasang Sepatu Pakalolo Secara Gratis

Kamis, 28 Maret 2024 - 14:31 WIB

Cakrawala Airawan dan Gemi Nastiti Bagi Pengalaman Bintangi Sinetron PPT Jilid 17

Sabtu, 23 Maret 2024 - 20:28 WIB

Dude Harlino, Eza Gionino, dan Lavicky Nicholas Lakukan Persiapan Khusus Berperan di FTV Ramadan

Berita Terbaru

Poster promosi 14 rilisan vinyl eksklusif dari Demajors. (Foto: Istimewa)

Musik

Demajors Rilis 14 Vinyl Eksklusif, Pre-Order Siap Dibuka

Jumat, 21 Mar 2025 - 00:40 WIB

Grup band cadas, Saosin. (Foto: Instagram)

Musik

Unit Cadas Saosin Gelar Tur Indonesia di Lima Kota

Kamis, 20 Mar 2025 - 04:17 WIB