Teten Masduki: Koperasi Harus Jadi Konsolidator dan Agregator Bagi Usaha Kecil
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. (Foto: Pelopor/KemenkopUKM)
Pelopor.id | Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki berharap, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) tidak hanya memberikan kemudahan akses pembiayaan bagi para anggotanya, tapi juga mampu menjadi konsolidator dan agregator bagi pelaku usaha mikro dan kecil.
“Lebih dari itu, koperasi harus mampu menjadi konsolidator dan agregator bagi pelaku usaha mikro dan kecil agar usahanya bisa masuk skala ekonomi,” kata Teten, saat berdialog dengan pengelola dan anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Abdi Kerta Raharja, di Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (15/09/2021).
Teten menambahkan, bahwa anggota koperasi yang memiliki usaha kelontong, pedagang keliling dan sebagainya, tidak akan mampu bersaing dengan jaringan ritel modern jika berjalan sendiri-sendiri. Koperasi bisa bangun semacam distribution center yang bisa memasok segala barang yang dijual di warung kelontong para anggota. Bila dibiarkan sendiri-sendiri, akan sulit bersaing,” jelas Teten.
Oleh karena itu, Teten menyorot pentingnya koperasi mengembangkan bisnis model yang mampu menghubungkan ke pasar dan lembaga pembiayaan. “Koperasi juga bisa mengkonsolidasi anggotanya membuat Factory Sharing,” imbuh Teten.
Dengan membangun Rumah Produksi Bersama dengan teknologi lebih modern, maka kualitas produk menjadi lebih terjaga, termasuk faktor higienitasnya. Teten mencontohkan, Rumah Produksi Bersama yang sudah berjalan di Sumatera Barat dalam memproduksi rendang. “Produksi bersama rendang di sana bisa kita tiru di daerah lain,” ucap Teten Masduki.
Dalam kesempatan itu pula, Teten meminta para kepala daerah untuk membesarkan koperasi yang bagus dan sehat saja. “Jumlah koperasi tidak perlu banyak, tapi berkualitas meski jumlahnya sedikit,” kata Teten.
Sementara itu, Ketua Kopsyah Abdi Kerta Raharja Hj. E. Farida menjelaskan, bahwa koperasi yang dipimpinnya dulunya merupakan lembaga keuangan mikro (LKM), yang berubah menjadi badan hukum koperasi. “12 tahun lalu kami memutuskan mendirikan koperasi di tengah terpuruknya nama koperasi akibat krisis kepercayaan. Alhamdulillah, kami mampu mengembalikan kembali citra jati diri koperasi, khususnya di wilayah Banten,” ungkap Farida.
Farida menyebutkan, Kopsyah Abdi Kerta Raharja melayani peminjam yang sebagian besar adalah perempuan, yang mengutamakan cara pendanaan gotong royong atau lebih dikenal dengan sebutan Grameen Group Lending. Saat ini, Kopsyah Abdi Kerta Raharja memiliki 45 ribu anggota dan 221 karyawan, dengan aset mencapai Rp117 miliar. Selain sebagai Pilot Project penyalur kredit UMi, koperasi ini memiliki modal sendiri sebesar Rp35 miliar dan total penyaluran kredit Rp172 miliar. []